Pekat

Pekat

Prang..!!!

Tahir melempar gelas KOPI yang baru saja diletakkan di meja di dekatnya. Isinya menciprat ke tembok di depannya.

"Sudah kubilang aku gak mau minum KOPI. Kenapa kamu masih bikinin KOPI buat aku?"

Rokhmah, perempuan paruh baya itu hanya terdiam mendengar teriakan Tahir. Mukanya tampak letih dengan guratan di jidat dan pipinya.
Ia pun bergegas membereskan tumpahan KOPI di lantai dengan sabar.

Bruk..!!

Tahir membanting badannya ke RANJANG dan menyalakan rokok. Sambil berTELANJANG dada ia menatap kosong ke arah jendela. Awan pekat menggantung pertanda sebentar lagi akan turun hujan.

"Kalau saja dia masih hidup..." gumamnya dalam hati.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka lebar. Tahir pun terkesiap melihat siapa yang masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Dilihatnya Rokhmah berdiri di depan pintu dengan wajah bersimbah DARAH.

"AAAA...!!"

Sambil berteriak, Rokhmah mencakar wajahnya. Ia terus saja mencakar dan mencabik wajahnya sendiri meski DARAH sudah membasahi daster kumal yang ia kenakan.

Melihat pemandangan itu, Tahir merasakan mual yang teramat sangat. Mulutnya ditutup dengan kedua tangan agar ia tak muntah.

Rokhmah terus saja mencakar dan mencabik wajahnya sendiri hingga terlihat daging dan tulang di wajahnya. Wajahnya yang hancur terlihat seperti ALIEN dengan mata menonjol dan gigi yang tidak tertutup bibir.

Bruk..!!

Tiba-tiba Rokhmah terjatuh di depan Tahir yang mulai muntah mengeluarkan semua isi dalam perutnya.
Melihat Rokhmah tergeletak, Tahir lalu mengangkat badannya dan meletakkan tubuhnya di atas PERAHU yang ia tambatkan di depan rumahnya.

Di tengah hujan deras, ia lalu melepaskan tali ikatan PERAHUnya dan ia dorong sekuat tenaga bersama tubuh Rokhmah di atasnya.

"Bang.. Bang.."

Sayup-sayup Tahir mendengar ada yang memanggil namanya.
Matanya perlahan terbuka dan melihat Rokhmah di sampingnya.

"kamu mimpi buruk lagi ya Bang? liat tuh, kamu keringetan sampai badan kamu basah semua"

Tahir masih mengerjapkan matanya.

"Ayo Bang kita temui si Rahman. Katanya dia punya obat yang bisa menyembuhkan penyakit Abang."

"Memangnya siapa yang sakit?" Jawab Tahir dengan suara serak.

"Tapi setiap kali Abang minum kopi, Abang selalu bermimpi buruk."

"Iya iya, Abang ke kamar mandi dulu."

Tahir lalu mengangkat tubuhnya dengan malas. Ia menyeret langkahnya menuju dapur yang terletak di sebelah kamar mandi.

Matanya tertuju pada sebilah pisau. Ia lalu mengambil pisau tersebut sambil menyeringai dan berjalan menuju Rokhmah…

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.