Reparasi Tangan

Reparasi Tangan
Foto: tiburi - pixabay

Dengung halus AC tiba-tiba menyergap saat Dina membuka pintu perlahan. Tak disangka, ruangan itu begitu besar, dengan dominasi warna putih. Di pojok terlihat treadmill dan beberapa peralatan gym. Di sisi lain tampak sebuah meja kerja, rak tinggi penuh deretan buku, serta beberapa peralatan dengan kabel-kabel. Di balik meja itu, Sekar, seorang dokter sekaligus ilmuwan, yang adalah sahabatnya saat SMA, tersenyum lebar menyambut Dina. Meskipun setamat SMA mereka jarang bertemu, namun Dina tak pernah lupa seringai lebar Sekar yang bak Cheshire Cat itu.

Mata Dina mulai terbuka. Pandangannya mulai jelas. Ia memicingkan mata dan melihat Sekar berdiri di sebelah kanannya. Perlahan ingatan Dina kembali. Ia memberi izin Sekar melakukan tindakan medis. Oleh dokter orthopedi, seminggu lalu, Dina didiagnosis mengalami infeksi parah di sendi siku kanan. Dina memang merasakan nyeri berkepanjangan dalam sebulan terakhir. Hari ini, Sekar memberikan second opinion, menenangkannya, dan minta izin melakukan operasi. Bahkan Kino, suami Dina, tanpa ragu langsung mengirim faks dari kantornya, menyetujui operasi itu. 

"Tanganku!" Dina histeris. Ia terbelalak melihat selembar panel menempel di tangannya. Jari-jarinya terasa kaku dibalut silinder logam tipis. Sekar dengan tenang menjelaskan fungsi beberapa tombol di panel itu. Selain on, off, ada fungsi lain seperti rotate, hold, lift, shake, .... Suara Sekar terdengar semakin sayup. Dina belum benar-benar terbebas dari efek anestesi. "Jangan kuatir, Dina, infeksimu sudah kubersihkan. Tangan robotmu ini kado dariku, masterpieceku yang sempurna. Semoga kini kau mampu membela diri saat suamimu menyakitimu," bisik Sekar sambil menatap lekat satu-satunya tombol berwarna merah di tangan Dina. (rase)

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.