Pentingnya Komunikasi Sebagai Dasar Utama dalam Menciptakan Solusi pada Permasalahan dalam Masyarakat Interkultural

Dalam masyarakat interkultural, komunikasi memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah maupun menyelesaikan suatu konflik.

Pentingnya Komunikasi Sebagai Dasar Utama dalam Menciptakan Solusi pada Permasalahan dalam Masyarakat Interkultural
Komunikasi dapat mencegah terjadinya konflik antar budaya

Komunikasi merupakan pondasi utama dalam membangun sebuah interaksi efektif dan efisien. Komunikasi terjadi ketika ada seorang komunikator yang menyampaikan pesan kepada komunikan baik secara verbal maupun non-verbal. Seperti yang dikatakan oleh Watzlawick, Beavin Bavelas dan Jackson dalam bukunya yang berjudul Steps to an Ecology of Mind(1972), seseorang tidak mungkin tidak berkomunikasi, semua orang pasti akan memberikan reaksi terhadap sesuatu, yang dapat berupa perkataan, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan sebagainya. Komunikasi juga terjadi diantara orang-orang yang memiliki etnik, ras, agama, dan budaya yang berbeda. Hal inilah yang dinamakan sebagai komunikasi antarbudaya. 

            Setiap budaya memiliki karakter tersendiri yang menjadi identitas dan jati diri dari masyarakat yang menganut budaya tersebut dan juga membedakan budaya tersebut dari budaya lainnya. Komunikasi antar budaya adalah komunikasi antar orang-orang yang memiliki perbedaan budaya, seperti suku bangsa, etnik, dan juga ras.  Oleh karena adanya perbedaan budaya tersebut, maka timbul-lah hambatan-hambatan dalam berkomunikasi. Menurut Chaney & Martin (2004), yang dimaksud dengan hambatan dalam berkomunikasi adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang atau batasan untuk terjadinya komunikasi yang efektif. 

            Terdapat banyak kasus mengenai konflik akibat adanya perbedaan budaya di Indonesia, negara yang memiliki beragam budaya dan suku. Salah satu contohnya adalah pada kerusuhan Maluku tahun 1999 hingga 2002. Dilansir dari Kotaku.pu.go.id, pada tahun 1999, Kota Ambon yang merupakan ibukota dari Maluku memiliki sebanyak 49,2% dari seluruh penduduknya memeluk agama Kristen, yang dapat diartikan berbeda dengan wilayah Indonesia yang lain, agama mayoritas penduduk di kota ini adalah Kristiani. Konflik yang menyebabkan terjadinya kerusuhan besar di Maluku ini diawali dari perdebatan kecil antara dua pemuda yang berprofesi sebagai sopir dan preman, dimana preman yang beragama Islam itu memalak seorang sopir beragama Kristen, kemudian masalah kecil itu pun menyebar hingga terbentuk dua kelompok, yakni kelompok yang beragama Islam dan kelompok Kristiani, yang keduanya saling berusaha untuk menguasai beberapa wilayah di Kota Ambon, hingga masalah tersebut semakin lama semakin panas dan akhirnya keadaan pun semakin buruk. Puluhan hingga ratusan toko-toko dan rumah-rumah telah dijarah dan bahkan juga dibakar. Penduduk pun juga banyak yang tewas dibunuh dan disiksa kelompok yang agamanya berbeda dengannya.

            Pada akhirnya, pemerintah pun memisahkan kedua kelompok yang menjadi pusat terjadinya konflik ini, yakni kelompok beragama kristiani tinggal di wilayah dataran tinggi, sementara kelompok beragama muslim tinggal di wilayah dataran rendah. Berdasarkan konflik tersebut, terlihat bahwa hasil dari konflik ini adalah terjadinya separasi antar kelompok beragama Islam dan yang beragama Kristen. Tetapi, seiring waktu, dengan adanya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah yang dilakukan untuk mengembalikan budaya Masohi yaitu gotong royong dalam masyarakat, akhirnya perlahan masyarakat turut terlibat dalam gotong royong tersebut tanpa membedakan agama, suku, dan ras. Kebiasaan-kebiasaan saling menolong antar agama pun juga mulai ditanamkan kembali kepada masyarakat, sehingga rasa kebencian yang dirasakan ketika kerusuhan tersebut terjadi secara berangsur-angsur mulai membaik.

            Salah satu solusi dari konflik tersebut, ketika dicermati dengan baik, adalah hasil dari kesuksesan pola komunikasi dari pihak-pihak yang membantu mensosialisasikan masyarakat provinsi Maluku untuk menumbuhkan kembali budaya gotong royong tersebut. Pihak-pihak yang melakukan sosialisasi tersebut dapat mengatasi berbagai macam hambatan-hambatan dalam komunikasi, mereka mampu untuk meredakan emosi dan ketegangan masyarakat dengan ditumbuhkannya nilai gotong-royong tersebut. Dengan diadakannya sosialisasi secara rutin, maka secara otomatis masyarakat pun juga akan terbiasa dengan bekerja sama tanpa melihat budaya, ras dan suku. 

            Komunikasi ialah hal yang paling penting yang menjadi dasar dari cara semua makhluk berinteraksi. Semua manusia telah melakukan komunikasi sejak lahir ke dunia ini hingga ketika ajal menjemput nanti, sehingga dapat dikatakan bahwa manusia tidak pernah luput dari berkomunikasi dengan satu sama lain. Karena setiap budaya telah melekat dan mendarah daging pada setiap individu, sehingga akan sulit apabila kita selalu saling membandingkan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan mempelajari ilmu mengenai komunikasi yang baik dan efektif, maka berbagai macam konflik pun dicegah dan juga diselesaikan. Maka dari itu alangkah baiknya apabila setiap manusia mempelajari lebih dalam bahwa komunikasi bukanlah hanya sekedar tentang orang-orang yang saling berbicara, tetapi komunikasi juga adalah bagaimana seseorang bisa lebih memahami situasi dan keadaan orang lain dengan cermat, dan juga bisa menjadi penengah dalam menyelesaikan sebuah konflik.

 

 

Sources:

http://kotaku.pu.go.id:8081/wartaarsipdetil.asp?mid=1185&catid=3&

https://www.oocities.org/unpatti67/suarakarya090702.htm

http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi/article/view/10064/4923

https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=cQx2DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA37&dq=komunikasi+budaya&ots=tdu6oXQK4w&sig=jhnJAuGQOkLV1ac-8fFi7Ud97hk&redir_esc=y#v=onepage&q=komunikasi%20budaya&f=false

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.