CITAYAM FASHION WEEK

CITAYAM FASHION WEEK
Sumber foto: https://metro.sindonews.com

Jaman dulu yang namanya peragawan dan peragawati adalah makhluk agung yang tak tersentuh. Mereka hidup bagai dewa -dewi. Berlenggak-lenggok di kahyangan. Bentuk tubuhnya ideal. Yang cowok ganteng. Yang cewek cantik jelita. Kulit mereka bening berkilau akibat perawatan mahal yang intensif. Hal yang sangat rutin dilakukan karena mereka memang datang dari golongan The Haves. Wajah mereka bertebaran di berbagai cover majalah

Seorang remaja berkulit dekil sedang duduk di sebuah halte. Tangannya memegang kertas bekas pembungkus kacang rebus. Sobekan dari sebuah cover majalah mode. Di sana terpampang wajah cantik seoarang peragawati rupawan. Si Pemuda Dekil punya mimpi menjadi orang terkenal seperti tokoh di cover tersebut. Dia tidak sendiri. Sebetulnya dia mewakili semua remaja di seluruh dunia. Siapa sih yang tidak ingin jadi public figure dengan kehidupan glamour

Berbeda dengan Si Pemuda Dekil, remaja-remaja kaya di Jakarta Selatan mampu mengekpresikan mimpinya itu. Di era tahun 80 - 90an, mereka memilih jalan Melawai sebagai tempat ngeceng. ‘Ngeceng’ kala itu adalah istilah lain dari kata ‘nongkrong’. Di sana mereka berekpresi sesuai dengan minatnya. Ada yang sekedar berlenggak-lenggok seakan sedang berjalan di catwalk dengan outfit mahal dan trendy. Ada yang sekedar memarkirkan mobilnya di sepanjang jalan sambil nyetel musik keras-keras. Ada yang bermain sepatu roda. Ada juga yang memamerkan kepiawaiannya melakukan breakdance. Kebetulan saat itu breakdance memang sedang hot-hotnya.

Tanpa memakan waktu terlalu lama, jalan Melawai langsung terkenal. Karena kesannya yang glamour, hang out di sana merupakan kebutuhan wajib. Jalan Melawai tanpa direncanakan telah menjadi parameter eksistensi diri. Semakin banyak orang yang dikenal, semakin tinggilah eksistensi kita.

Artis-artis juga tidak mau kalah. Mereka merasa mendapat tempat yang tepat untuk dielu-elukan oleh penggemarnya. Saking terkenalnya, ada dua lagu tentang Jalan Melawai yang sangat populer saat itu. Yang satu judulnya ‘Lintas Melawai’ dari Hari Moekti. Satu lagi adalah ‘Jalan-jalan Sore’ yang dibawakan oleh Denny Malik.

Si Pemuda Dekil juga sering nongkrong di sana. Dia sebetulnya ingin ikut berekspresi tapi apa daya, dia terlalu miskin untuk ikut berpartisipasi. Mobil tak punya, pakaian bersahaja, breakdance pun tak bisa. Akhirnya dia hanya bisa menikmati situasi itu dengan pandangan hampa. Duduk sambil makan ketoprak yang terdapat di salah satu sudut jalan. Jika hati mulai penat, dia mengeluarkan buku stensilan karya Enny Arrow di saku dan membaca tanpa minat.

Tahun 2022, sebuah fenomena ajaib terjadi. Tiba-tiba di seputaran SCBD, muncul yang namanya Citayam Fashion Week. Mereka adalah sekumpulan anak-anak muda yang yang juga ingin berekspresi. Mereka berlenggak-lenggok di jalan seputaran SCBD dan zebra cross mereka perlakukan sebagai catwalknya. Singkatan SCBD pun mereka ubah maknanya menjadi Sudirman, Citayam, Bojong Gede dan Depok. Buat saya ini branding yang sangat keren. Nama tersebut mewakili asal anak-anak muda yang memelopori kegiatan tersebut. Sementara ‘Sudirman’ adalah representasi dari lokasi yang dipilih.

Yang sangat unik, peserta Citayam Fashion Week ini bukan datang dari social economy A atau B. Hampir semuanya berasal dari kalangan C dan D. Pakaian mereka memang nyentrik tapi bukan busana yang mahal. Bahkan bisa dibilang terhitung sangat murah. Penampilan mereka biasa-biasa saja. Wajahnya secara umum tidak tampan. Rata-rata tidak terlalu cantik. Pokoknya semua terlihat biasa-biasa aja. Beberapa di antaranya bahkan terlihat lusuh dan dekil akibat seharian berjemur di panas matahari yang kejam. Secara umum, Citayam Fashion Week ini sangat jauh dari kesan glamour.

Mereka datang naik MRT untuk show lalu kembali lagi ke rumah menggunakan MRT yang sama. Tidak jarang karena show berlangsung sampai malam, mereka ketinggalan kereta sehingga terpaksa tidur bergeletakan di lantai jembatan penyeberangan. Wajah-wajah mereka terlihat letih tapi tampak bangga. Terlihat bahagia. Begitulah memang ketika kita melakukan sesuatu yang kita suka.   

Tuhan memang tidak pernah lupa memberi hadiah pada yang bekerja. Citayam Fashion Week ini sekonyong-konyong menjadi viral. Semua anak muda berbondong-bondong datang ke sana untuk bergaya. Orang biasa sampai public figure termasuk di dalamnya. Ada desainer terkenal. Penyanyi dangdut. Peragawati profesional sampai gubernur pun ikut-ikutan gatal ingin menjajal Citayam Fashion Week.

Citayam Fashion Week menjadi demam baru semua anak muda. Kota-kota lain seperti Surabaya, Medan, Bukit Tinggi dll tidak mau kalah. Gerakan Citayam Fasshion Week beranak-pinak di mana-mana. Seluruh stasiun TV Lokal dan Nasional berebutan memberitakan peristiwa unik ini. Para pejabat pada ngasih komentar. Ada yang setuju. Ada sebaliknya.  

Saya tidak habis-habisnya menggelengkan kepala. Social Media ternyata mampu memporakporandakan semua hal lebih dari yang saya bayangkan. Berkat Tiktok dan Instagram, Citayam Fashion Week telah mengubah peradaban. Bidadari-bidadari cantik turun ke Jalan Melawai bersama remaja-remaja kaya. Sampai akhirnya menginjak bumi bersama rakyat jelata. Bersama-sama menjadi peragawan dan peragawati jalanan.

Saya rasa banyak di antara kita belum pernah mendengar kata ‘Citayam’ sebelumnya. Sekarang nama ‘Citayam’ mendadak dibicarakan orang. Buat yang belum tau, Citayam adalah sebuah desa di kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Keren, ya? Tanpa disadari anak-anak muda ini juga telah melakukan place branding yang hebat.

Si Pemuda Dekil juga ada di sana. Dia menatap ke arah para remaja yang sedang berlenggak-lenggok di atas zebra cross. “Inilah tempat anak muda nongkrong yang saya cari-cari selama ini,” gumamnya. Si Pemuda Dekil memang bukan orang kaya. Pakaiannya juga harganya murah. Dias ama sekali tidak tampan. Kulitnya juga terhitung dekil karena tidak pernah melakukan perawatan. Hanya saja ada satu masalah yang lagi-lagi menghalanginya untuk berpartisipasi. Si Pemuda Dekil sudah tidak muda lagi.

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.