Komunikasi adalah Koentji!

Komunikasi adalah jembatan, yang menghubungkan pesan dan pikiran manusia. Komunikasi adalah kunci, yang membantu manusia membuka pintu solusi dalam setiap masalah.

Komunikasi adalah Koentji!
Dok. Foto : pixabay.com/qimono

“Communication is a skill that you can learn. It’s like riding a bicycle or typing. If you’re willing to work at it, you can rapidly improve the quality of every part of your life.” (Brian Tracy)

 

Seperti yang kita sadari bahwa manusia adalah makhluk sosial. Segala sesuatu yang kita jalani sehari-hari tak pernah terlepas dari interaksi kita dengan orang lain. Mulai dari aktivitas sederhana hingga aktivitas yang besar. Mulai dari lingkup kecil hingga lingkup yang lebih luas. Semua membutuhkan satu keterampilan penting dan keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan dalam berkomunikasi. Keterampilan dalam berkomunikasi ini belum tentu dimiliki oleh semua orang, sehingga terkadang kita memang perlu belajar dan melatih diri kita agar bisa berkomunikasi dengan baik saat berinteraksi dengan orang lain.

Saya sendiri boleh dibilang bukanlah orang yang pandai berkomunikasi. Saya masih harus banyak belajar untuk mampu mengkomunikasikan apa-apa yang ada didalam pikiran dan perasaan saya kepada orang lain. Tidak mudah memang untuk menyampaikan perasaan kita agar mampu diterima orang lain dengan tepat. Ditambah lagi sifat sebagai seorang introvert (oh wait… memangnya orang introvert itu tidak pandai berkomunikasi?). Padahal kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh semua orang. Entah itu dia adalah atasan, bawahan, wanita karir, ibu rumah tangga, orang tua, anak muda dan sebagainya. Tapi untungnya kita tak perlu khawatir, karena  keterampilan berkomunikasi adalah sesuatu yang bisa kita pelajari, bukan semacam bawaan atau bakat dari lahir. Jadi, semua orang tetap punya kesempatan untuk menjadi komunikator yang baik.

 

Apa itu komunikasi?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Ketika kita berkomunikasi, maka kita sedang menyampaikan pesan. Pesan inilah yang kita harapkan dapat dipahami oleh orang lain. Komunikasi secara mendasar juga dapat diartikan denga kata "sama". Seperti halnya makna komunikasi itu sendiri yang bersumber dari kata communis (Hanani, 2017). Jadi, berkomunikasi adalah bersama membangun satu kesamaan dalam tujuan.

Sebelum membahas komunikasi lebih lanjut, mungkin perlu juga kita mengetahui tujuan dari komunikasi itu sendiri. Hanani (2017) dalam bukunya tentang Komunikasi Antarpribadi menyatakan bahwa ada beberapa tujuan kenapa komunikasi itu dilakukan, diantaranya:

  1. Untuk Memenuhi Kebutuhan : Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia perlu berkomunikasi dengan orang lain karena kita tak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya dalam memenuhi kebutuhan kita dan komunikasi menjadi jembatan yang menghubungkan itu semua. Komunikasi mengandung informasi yang bisa kita jadikan sebagai alat untuk menyampaikan pesan dalam membantu kita memenuhi kebutuhan hidup.
  2. Untuk Membangun Peradaban : Pada dasarnya peradaban tak bisa lepas dari komunikasi. Tinggi rendahnya peradaban adalah wujud dari peran komunikasi. Dalam mewujudkan peradaban, maka dibutuhkan pendidikan, tapi pendidikan itu tak kan bisa berjalan jika tidak ada komunikasi didalamnya.
  3. Komunikasi sebagai Alat Resolusi Konflik : Konflik bisa mencair jika ada komunikasi yang dilakukan, baik itu oleh pihak yang berkonflik maupun pihak yang terlibat dalam penyelesaian konflik. Oleh karena itu, komunikasi bisa menjadi alat yang digunakan dalam penyelesaian masalah manusia.

Itulah beberapa tujuan yang bisa kita pahami. Dari penjelasan tersebut bisa sedikit tergambarkan tentang pentingnya peranan komunikasi dalam kehidupan kita. Kita harus mengakui bahwa memang kita tak akan pernah bisa lepas dari yang  komunikasi. Namun pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana agar kita mampu berkomunikasi dengan baik?

 

Bangunlah Kepercayaan.

Banyak hal yang menjadi faktor penentu komunikasi yang baik, salah satunya adalah membangun kepercayaan. Kepercayaan adalah hal yang krusial dalam komunikasi. Orang lain tidak akan mau membuka diri jika dia tak memiliki kepercayaan pada kita. Menurut Rahmat (2009, dalam Hanani, 2017), arti penting kepercayaan adalah pertama, meningkatkan komunikasi antarpribadi karena dengan membangun kepercayaan berarti membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikasi untuk mencapai maksudnya. Kedua, sebaliknya jika hilangnya kepercayaan pada orang lain akan menghambat hubungan antarpribadi yang akrab.

Jadi jika kita ibaratkan kepercayaan sebagai sebuah rumah, maka kepercayaan adalah pintu masuk yang akan menghantarkan penghuninya ke dalam sebuah rumah yang nyaman. Hal semacam ini barangkali menjadi landasan bagi keluarga dalam berkomunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari, kepercayaan tidak hanya berperan dalam komunikasi antarpribadi tetapi juga berperan dalam cakupan yang lebih luas yaitu dalam proses interaksi sosial maupun interaksi global termasuk dalam aktivitas bisnis. Jika kita ingin berbisnis dan berkomunikasi dengan klien kita, maka kepercayaan adalah hal utama yang perlu kita bangun terlebih dahulu.

Oleh karena itu, untuk membangun komunikasi yang baik, maka kita harus menghindari perilaku yang merusak kepercayaan dalam berkomunikasi. Perilaku apa sajakah itu? Supratiknya (1995, dalam Hanani, 2017) menyatakan ada tiga perilaku yang dapat menurunkan kepercayaan:

 

  1. Menunjukkan penolakan,mengolok-olok, atau melecehkan pembukaan diri orang lain.

  2. Tidak membalas pembukaan diri orang lain (kita tetap memilih berperilaku tertutup).

  3. Tidak mau mengungkapkan pikiran, perasaan, dan reaksi kita kepada orang lain kendati ia telah menunjukkan penerimaan, dukungan dan kerja sama.

Ketika kita ingin membangun kepercayaan dengan orang lain, maka sudah semestinya kita pun juga mau bersikap terbuka dan menghargai apa yang orang lain sampaikan. Komunikasi bersifat timbal balik, jika hanya salah satunya saja yang mau menunjukkan itikad baik, maka bagaimana mungkin komunikasi efektif bisa tercapai?

Selain itu, Mulyana (2009, dalam Hanani, 2017) menyebutkan bahwa ada dua respons dalam komunikasi. Dua respons itu adalah respons positif dan negatif. Respons positif merupakan respons yang menyenangkan dan respons negatif adalah respons yang tidak menyenangkan.

Liliweri (2005, dalam Hanani, 2017) menyatakan bahwa respons negatif dapat disebabkan karena prasangka yang menghambat terjadinya hubungan antarpersonal. Dalam menanggapi orang lain, memang sangat ditentukan oleh suasana dan kondisi psikologis, lingkungan budaya dan sosial. Oleh karena itu, dalam berkomunikasi kita harus memerhatikan faktor-faktor tersebut. Misalnya saja, di budaya Arab, suara yang keras sebenarnya bukan tanda kekasaran. Suara keras terkadang menjadi tanda kasih sayang dan ketulusan. Semakin orang Arab menyukai Anda, semakin keras suaranya. Lalu bagaimana jika ia bertemu dengan orang yang kulturnya tidak sama? Apakah hal itu tidak akan mengganggu proses komunikasi?

Tak perlu jauh-jauh mengambil contoh, di Indonesia saja ada juga suku yang terbiasa bicara dengan suara yang keras, sementara ada juga suku lain yang orang-orangnya terbiasa bicara dengan lembut. Jika kedua orang ini bertemu tanpa memahami latar belakang masing-masing, bukankah hal ini bisa menimbulkan kesalahpahaman yang ujung-ujungnya malah menjadi konflik? 

Oleh karena itu, sebelum berkomunikasi dengan orang lain, perlu juga untuk memahami hal latar belakang budaya seseorang, agar kita terhindar dari konflik yang bisa berakibat renggangnya hubungan, terutama yang bersifat jangka panjang. Dengan memahami penjelasan singkat terkait komunikasi ini, setidaknya mungkin kita bisa memiliki gambaran umum tentang apa yang perlu kita lakukan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Mudah-mudahan bermanfaat.

Mengapa Komunikasi itu Penting?

 

Sebenarnya di awal tulisan ini sudah sempat disinggung terkait peranan komunikasi dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya komunikasi adalah jembatan kita untuk bisa berinteraksi dengan orang lain. Profesi apapun di dunia ini akan selalu membutuhkan komunikasi.

Komunikasi adalah keterampilan dasar, sama seperti halnya makanan yang menjadi kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, komunikasi ini bisa menjadi salah satu hal penting dalam mengatasi masalah ataupun konflik antarmanusia dalam berbagai bidang. Bahkan, sebegitu pentingnya peran komunikasi dalam bidang perawatan medis, sehingga seorang Direktur RSU dr. Slamet Garut yaitu Maskut Farid, menyatakan bahwa ada tiga cara untuk menanggulangi masalah malpraktik dalam dunia medis yaitu yang pertama adalah komunikasi, yang kedua adalah komunikasi, dan yang ketiga adalah komunikasi (Mulyana, Islaminur dan Rahim, 2017).

Komunikasi bisa menjadi solusi dalam setiap masalah yang hadir dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh saja, sebuah survei menemukan bahwa ternyata  ada waktu kerja yang terbuang dikarenakan komunikasi buruk antara manajemen dan para stafnya (Picardi, dalam Ginting, 2015). Belum lagi dilingkungan keluarga. Sebuah situs gaya hidup membuat polling dan terungkap bahwa 65 persen partisipan mengaku bahwa perceraian mereka disebabkan oleh faktor komunikasi antarpasangan yang pada akhirnya malah  berujung pada pertengkaran (https://lifestyle.kompas.com/)

Dalam hubungan antara orang tua dan anak pun demikian. Konflik antara orang tua dan anak sering terjadi karena buruknya komunikasi. Itulah sebabnya, betapa komunikasi ini adalah sesuatu yang krusial dan harus terus diasah seumur hidup dalam setiap fase kehidupan dan peran yang kita lalui.

Ketika kita pandai berkomunikasi, maka dampaknya pun akan terasa juga dalam kehidupan kita. Contohnya saja ada banyak tokoh yang berhasil dalam kehidupannya karena mampu berkomunikasi dengan orang lain. Misalnya tokoh anak muda bernama Jerome Polin atau dulu ada juga salah satu aktivis internasional Indonesia bernama M. Habib Chirzin (SR dan Abu, 2017). Mereka tak hanya pandai dalam bidang akademis tapi juga mereka mampu membangun pertemanan atau kolega dalam level nasional dan internasional. Kenapa mereka bisa? Karena mereka mau belajar dan senang menjalin relasi dengan orang lain. Mereka juga mampu menyampaikan gagasan atau ide-ide mereka dengan cara yang baik. Ditambah lagi mereka memiliki karakter positif dan tidak meremehkan pendapat orang lain. Mereka mampu menghargai budaya dan latar belakang berbeda, sehingga ketika berkomunikasi, lawan bicara pun merasa dihargai dan dipahami.

Komunikasi yang baik akan membantu kita mencapai kesuksesan. Orang-orang pun akan senang berkomunikasi dengan kita karena kita mau bersikap terbuka dan menghargai pesan yang disampaikan. Hal inilah yang dapat membantu kita menyelesaikan setiap masalah dalam interaksi sosial  dalam kehidupan kita. Kuncinya satu, teruslah melatih keterampilan berkomunikasi dalam setiap bidang yang kita geluti.

Komunikasi,Teknologi dan Kaitannya dengan Permasalahan Global

 

Perkembangan teknologi saat ini menyebabkan banyak perubahan dalam kehidupan manusia, termasuk dalam komunikasi. Jika dulu kita lebih banyak berkomunikasi secara langsung, maka saat ini komunikasi tetap bisa terjalin sekalipun terpisahkan dengan jarak. Berbagai fasilitas dalam teknologi membuat manusia bisa berkomunikasi tanpa perlu bertemu. Hal semacam ini pada dasarnya membawa kemudahan bagi manusia terutama bagi orang-orang yang terpisah antarpulau atau bahkan antarbenua.

Sebagai contoh, bisa kita lihat dalam kondisi pandemi saat ini. Kita tetap bisa bekerja dan belajar sekalipun hanya di rumah. Adanya teknologi video call, video streaming dan sebagainya membuat kita dapat tetap bertatap muka secara virtual. Banyak pula para pebisnis yang memanfaatkan komunikasi lewat teknologi dalam memperlancar urusan bisnis mereka.

Teknologi banyak membantu kita untuk bisa terhubung dan berkomunikasi jarak jauh. Selain berkomunikasi secara pribadi atau kelompok, teknologi bahkan bisa membawa gerakan perubahan secara lebih efektif dan menjangkau semua orang. Banyak orang berkampanye, entah itu kampanye kesehatan, pendidikan hingga politik hanya dengan lewat teknologi. Banyak orang yang menyampaikan pesan entah itu lewat petisi, tagar media sosial dan sebagainya sehingga pesan bisa tersampaikan ke pihak berwenang, entah itu ke presiden, badan legislatif, ke kepolisian dan pihak-pihak tertentu.

Dengan memanfaatkan teknologi, pesan yang ingin disampaikan pun bisa terjangkau dengan luas sehingga beberapa masalah yang dihadapi bahkan bisa terselesaikan. Memanfaatkan teknologi sebagai alat komunikasi bahkan bisa membantu menjadi solusi berbagai masalah publik. Contoh saja, ketika ada pembakaran hutan yang dilakukan oleh perusahaan di Aceh, terdapat 220.000 orang yang protes lewat petisi online agar perusahaan tetap dijatuhkan hukuman. Contoh lain, ketika Hiu Paus di Berau akan dijadikan atraksi wisata, kelompok pemuda dari Berau memulai petisi agar rencana tersebut batal. Akhirnya lebih 80.000 orang mendukung petisi tersebut, termasuk Menteri Kelautan, Susi Pudjiastuti (tirto.id)

Saat ini, komunikasi dan teknologi memang seakan tak bisa dipisahkan. Banyak solusi yang diberikan ketika menggunakan teknologi sebagai alat komunikasi. Namun, tetap saja ada rambu-rambu yang harus kita perhatikan dalam berkomunikasi. Kita harus tetap bijak dalam menjadikannya sarana berkomunikasi karena jika salah menggunakannya, dampak buruknya pun juga bisa ikut meluas.

Itulah beberapa hal yang perlu diketahui tentang komunikasi. Yang jelas, komunikasi adalah kunci. Komunikasi adalah solusi. Komunikasi adalah bagian yang tak akan bisa lepas dari kehidupan kita. Komunikasi adalah kebutuhan sekaligus juga bisa menjadi solusi dalam setiap masalah. Apapun fasilitas yang kita gunakan dalam berkomunikasi, yang terpenting adalah kita tetap harus bisa membangun kepercayaan dan menghargai pendapat orang lain. Jika keterampilan berkomunikasi sudah baik, maka setiap masalah akan lebih mudah menyelesaikannya. Selamat berlatih! 

 

Sumber Referensi :

Ginting, Desmon. 2015. Komunikasi Cerdas (Panduan Berkomunikasi di Dunia Kerja). Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Hanani, Silfia. 2017. Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Ar-ruzz Media. 

Mulyana, Deddy, Islaminur Pempasa dan Rahim Asyik. 2017. Membongkar Budaya Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Setiawan, Ryan. 2018. Daftar Kasus yang Dimenangkan Petisi Change.org Selama Tahun 2018. https://tirto.id/daftar-kasus-yang-dimenangkan-petisi-changeorg-selama-tahun-2018-dcnm. (20 Desember 2018) Diakses pada 9 januari 2021.

SR, Mahayana dan Abu Aly. 2017. Komunikasi Lancar Prestasi Berkibar. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Syaaf, Syafrina. 2013. Komunikasi Masih Menjadi Pencetus Utama Perceraian. https://lifestyle.kompas.com/read/2013/12/19/1225333/Komunikasi.Masih.Menjadi.Pencetus.Utama.Perceraian. (19 Desember 2013). Diakses pada 9 januari 2021.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.