Tak Selamanya Mudik Itu Asik

Tak Selamanya Mudik Itu Asik
Image by pixabay.com

Sang gadis meringis manis, tidak ada hal lain yang dia tulis selain ingin lekas menjauh dari tempatnya bersauh.

Mencari sekutu agar tak sendirian menjadi kutu. Ragu tapi mau. Rindu tapi terganggu.

Di ujung sana, semua berteriak berbahaya. Di dekat sini berbisik cekikikan.

“Ah, paling cuma flu haciw haciw, besok kita bisa cemiwiw bersamaan”.

 

“Mak, aku pulang saja ya, takut sendiri di sini”
“Lekas nak, besok lusa belum tentu bisa”

 

Gadis siapkan koper, ditambah ransel dan sedikit kesal yang berjejal.

Mengeluh tentang peluh namun perjalanan tetap dia tempuh.

 

Berjalan dengan tersengal, lalu tersenggol, pikirannya mendadak kacau lantas dia maracau.

“Gila kau corona, aku merana. Uangku harus kupakai terbang, padahal abang belum kubelikan gendang”

Kumbang ikut menyumbang, dia hinggap di hidung sekadar bersihkan kaki lalu kembali.

Sial, gatal. Garuk jangan garuk jangan, ah garuk.

 

Sampailah gadis di kampung.

“Mamaaaaak pulang aku mak..”

Sun kanan sun kiri, peluk adik peluk kakak.

Lupa kumbang di atas hidung.

 

“Mak, kepalaku pusing. Badanku meriang. Ambilkan aku obat!”
“Ambil sendiri, mamakmu pun mata kunang-kunang. Ambilkan mamak obat!”
“Kakak, tolonglah kak. Aku kecapaian, ambilkan aku obat!”

“Ambil sendiri, kakakmu susah bernapas juga badanku panas!”

 

“Adiiiiikkkkkkkk…”


Adik sudah tenang, dia ikut tersenggol tangan saat kakak di bandara.

 

#Bandung, 06 April 2020

 

#JanganMudik

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.