Kenapa Menulis? Enggak Banget! (Bag.3 - Habis)

Kenapa Menulis? Enggak Banget! (Bag.3 - Habis)
Mapping 5 Why's Budaya Baca Rendah

 

 

Ajaibnya kelas The Writers adalah bagian automatic writing. Dan menulislah dulu, nanti ide bakal muncul.

Ini terjadi waktu Om Bud minta peserta workshop menuliskan enam benda, lalu mulailah buat tulisan dari benda-benda tersebut.

Di dalam kamar, saya melihat enam benda, dan mulai menuliskan apa pun. Baru satu benda, ternyata jadinya panjang. Akhirnya saya teruskan saja. Sampai jadi novel pendek. 

Kegiatan tersebut berlangsung di bulan Mei 2020. Sepertinya ini penulisan novel tercepat saya. Memang tidak panjang. Tidak sampai sepuluh ribu kata. Tapi naskah ini berhasil tembus Gramedia, lewat Bhuana Ilmu Populer (BIP), salah satu grupnya.

Novel pun diterbitkan secara digital, dan saya tetap mencetak puluhan eksemplar, bagi yang ingin bentuk fisiknya. Semua hanya berawal dari enam benda yang ditemukan acak di sekitar kita. Parah juga ilmunya Om Bud dan Kang Asep ini.

Novel tersebut berjudul CMYK, diterbitkan Januari 2021. Proses editing, proofread, dan antrean di penerbit mayor, membuat naskah harus menunggu enam bulan sampai terbit.

Di tahun yang sama, Om Bud menginisiasi membuat tulisan dari body truk. Kutunggu Jandamu adalah yang melegenda. Saya menulis Naik Gratis, Turun Bayar. Dan bantu mengedit semua tulisan bersama Kang Bobby. Di akhir tahun buku tersebut terbit. Dan di saat yang sama, CBLK jilid-1 dalam proses cetak ulang, untuk menemani CBLK jilid-2 yang akan rilis 2022.

Ternyata, menulis jadi keterusan. Keterusan yang ditargetkan. Karena satu tahun, minimal satu buku. Mau itu antologi, solo, atau support editing. Tahun 2022 juga rencananya novel kedua Mbak Tya Subiakto: Anak Tak Bernama, akan terbit. Saya jadi editor lagi di novel tersebut. Mudah-mudahan novelnya laris parah.

Desember ini, sambil merenung kembali tujuan menulis, saya tergelitik dengan budaya membaca negeri ini yang rendah. Kenapa bisa ada di posisi 62 dari 70 negara?

Analisis kecil pun dilakukan lewat metode 5 Why's. Metode berupa bertanya sebanyak lima kali sampai jawaban mentok. Dari situ baru dilakukan aksi solusi.

Contohnya dari mapping tersebut begini. Kenapa budaya baca kita rendah? Karena buku tidak menarik. Kenapa? Karena lebih menarik gawai. Kenapa? Karena audio visual. Kenapa? Karena panca indera lebih tersentuh. Kenapa? Pengalaman yang dihadirkan lebih baik. Sepertinya sudah mentok, sehingga aksi solusi yang bisa dilakukan adalah: buku yang kita tulis harus menambah experience pembaca. Caranya bagaimana? Penulis harus memikirkannya.

Contoh lain. Kenapa budaya membaca kita rendah? Karena belum jadi kultur/kebiasaan. Kenapa? Tidak ada budaya baca di rumah. Kenapa? Karena tidak dicontohkan. Kenapa? Tidak ada role model. Aksinya adalah, orang tua harus memberi contoh kepada anaknya agar membiasakan diri membaca di rumah. Membacakan anak cerita. 

Sisa mapping dapat dilihat di gambar tersebut. Saya buat mapping yang belum lengkap, lalu lempar pertanyaan tersebut di media sosial dan WAG. Mungkin masih ada yang bisa ditambahkan seiring semakin dibacanya tulisan ini.

Solusinya dikembalikan kepada para penulis. Indie, mayor. Fiksi, nonfiksi. Dewasa, remaja, anak.

Jadi untuk menggapai visi besar saya: membantu meningkatkan budaya baca (literasi) di negeri ini, berdasarkan hasil mapping tersebut adalah:
1. Buatlah buku yang memberi pengalaman lebih kepada pembaca
2. Survei untuk mengetahui keinginan pembaca. Survei juga tentang segmen dan target pembaca yang cocok dengan isi buku
3. Tambahkan ilustrasi yang menarik
4. Tulisan jangan menggurui
5. Perbaiki dan tingkatkan terus kualitas tulisan
6. Membuat buku agar tidak bisa dibajak
7. Rendah hati, terima saran dan kritik
8. Membuat program reseller/dropshipper agar pembaca bisa dapat uang dari buku
9. Bagi-bagi/give away/sumbang buku ke daerah yang masih sulit mengakses dari toko buku
10. Terbitkan buku secara digital
11. Jadilah role model di rumah agar generasi mendatang melek dan mencintai buku

Banyak banget ya!
Dan itu baru dari mapping tersebut. Belum lagi kalau ada jawaban baru dari 5 Why's.

Namanya juga visi. Harus jauh pandangannya. Dan yakin, bisa kok dicapai.

Bisa!
Yuk?

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.