Bully Dimata Anak SMP

Bully Dimata Anak SMP

Pada kali ini, aku ingin menceritakan pengalaman perundungan yang menimpa pada temanku. Aku hanya ingin mewakilkan teman temanku. Aku juga ingin melihat perundungan dari pandangan anak anak seumurku. Kuingatkan, aku adalah anak SMP kelas 7 dan aku masih baru di The Writers.

Selama adanya pandemi dan adanya karantina, kita pasti tidak bisa lepas dari yang namanya gawai. Jujur saja, aku juga masih tidak bisa lepas dari gawai. Dari gawai itu, kita akan melihat namanya "Dunia Maya" yang berisi media sosial berupa Instagram, Facebook, Whatsapp, dan masih banyak lagi. Kita bisa mencari informasi, berbagai pengetahuan, atau yang paling sering itu adalah menghibur diri kita sendiri dengan kejadian yang terjadi di media sosial. Kita bisa membagi sesuatu pada keluarga, teman, maupun orang lain. 

Teknologi pun semakin canggih. Yang dulunya kita cuma bisa mengirim pesan dan panggilan suara, sekarang kita bisa panggilan video, membagi gambar, mengirim pesan pun juga didesain lebih menarik dan itu semua hanya berada digengaman dan dikontrol oleh jari kita yang bisa dibilang lumayan lincah. Saat karantina seperti ini juga, tidak memungkinkan kita untuk keluar dari rumah lalu bertemu dengan teman teman kita, kan? Jadi salah satu cara berkomunikasi adalah dengan mengirim pesan pada teman atau jika rindu suara mereka kita bisa panggilan suara. 

Kemajuan teknologi ini juga memungkinkan kita untuk merundung secara virtual atau cyber Bullying. Kekuatan kata kata yang bisa dibilang jangan diremehkan juga bisa memicu emosi kita.  Membaca kalimat  tanpa intonasi saja bisa membuat orang bingung atau tersinggung, apalagi bagi kita yang malas menaruh tanda titik dan koma saat kita mengirim pesan. Bayangkan saja, kalian sedang kebingungan, butuh bantuan, butuh jawaban dan kalian bertanya itu pada teman kalian. Hasilnya, kalian dijawab, "taik, bodoh, anjing,masa gitu doang butuh bantuan gue?" (maaf jika ada yang tersinggung, ini hanyalah salah satu contoh ya..). Bagaimana perasaan kalian? Marah? Sedih? Itulah kekuatan kata kata yang jujur bagiku ini kekuatannya sangat misterius. Akan lebih parah lagi jika itu ditujukan pada anak anak.

Semenjak kepindahanku dari sekolah swasta lalu ke homeschool, banyak teman dekat saya yang curhat jika ia selalu dirundung oleh teman sekelasnya. Teman temanku hanya bertanya tentang mata pelajaran, tapi entah mereka mengira itu adalah candaan sehingga mereka berkata taik. Kata itu pun juga bisa menyinggung orang lain. Bahkan sampai mereka berkata untuk menjauhi temanku dan lebih baik tidak menjawab pertanyaannya lagi. Kepindahanku dari sekolah swasta ke homeschool juga, membuat orang yang merundung temanku ikutan merundungku. Aku menganggapnya, mungkin mereka tidak bisa apa-apa tanpaku. Karena selama aku sekolah dengan mereka, akulah yang paling banyak membantu. Semakin lama, rundungan itu semakin menjadi. Dimulai dari kata yang agak menyinggung, mengeluarkan temanku dari grup karena mereka tidak suka dengan temanku. Jika aku masih di sekolah yang sama dengan mereka, aku akan bisa membela mereka. Sayangnya, aku pindah sekolah dan temanku harus menghadapinya sendiri. Teman temanku juga takut untuk membicarakannya pada orang tuanya dan sering memendamnya sendiri. Aku sebagai temannya hanya bisa mendukungnya untuk menghadapi mereka. Orang tua dan guru juga tidak bisa terus memantau 24 jam apa yang mereka lakukan, anak anak juga memiliki banyak akal untuk membuat grup sendiri di WA. Sekali saja perilaku mereka tidak dikontrol, bisa saja ada kemungkinan mereka merundung teman sebayanya. Bagi pelaku, itu hanyalah sebuah candaan, tapi bagi seorang korban, itu terasa sakit. Itu pun bisa memicu emosi seorang korban dari rasa marah, sedih, atau yang paling parah rasa keinginan untuk tidak hidup.

Hal itu, membuat korban menjadi semakin tertutup. Kebanyakan korban susah untuk menceritakannya pada orang tua maupun guru sendiri. Kalian sebagai peran orang tua, harus waspada dan peka dengan kelakuan anak anak yang tiba tiba berubah apalagi anak yang mulai memasuki masa remaja. Anak anak juga bisa mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Satu kata yang menyinggung saja bisa membuat mereka emosi. Bully juga bisa datang dari namanya persahabatan mereka yang bisa dibilang tidak baik. Anak anak jika bisa diajarkan memilih persahabatan yang baik. 

Terkadang juga, pandangan anak anak dan pandangan orang tua juga bisa berbeda. Mungkin beberapa orang tua terkadang tidak percaya dengan pandangan anak anak. Hal itu pun terjadi pada temanku juga. Saat temanku merasa orang itu jahat kepadanya, orang tuanya berkata sebaliknya dan menganggap orang itu sangat baik. Itu adalah salah satu contoh yang pernah terjadi dipandangan anak anak. Oleh karena itu, pada para orang tua diharapkan untuk mendengar suara hati anak anak dan bagi anak anak diharapkan jika mempunyai masalah bisa dibicarakan pada orang tua atau guru. 

Aku menyampaikan ini bukan artinya aku orang yang benar. Saya menyampaikan ini untuk mewakilkan pandangan anak anak yang merasa pernah dirundung. Aku tidak sepenuhnya bisa membawa temanku untuk bangkit kembali dari rasa dirundungnya dan itu juga butuh bantuan orang tuanya. Anggap saja ini sebagai pelajaran untuk masa dimana teknologi semakin maju. 

Sekian, 
Anggyta Kirana Savitri

Catatan : Jika ada salah kata, tolong dimaklumin karena saya masih baru dan ini artikel pertamaku di The Writers.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.