Penjaga Pintu Surga

Penjaga Pintu Surga

Riiiingggg...riiingggggggg....

Itu suara bel sekolah tanda berakhirnya pelajaran. 10 menit sebelum bel berbunyi saya sudah meminta anak-anak untuk membereskan serta membersihkan meja masing-masing. Maklum, hari ini mereka sedang mengerjakan tugas menggunakan cat acrylic. Sudah pasti akan terjadi antrian di tempat cuci jadi saya harus membagi mereka agar antrian tidak panjang. 12 murid mencuci palette serta kuas mereka dan 12 murid lainnya membersihkan meja serta memasukkan kembali ke kotak penyimpanan mereka dan menaruh kanvas mereka di rak kering.

Setelah murid-murid selesai membereskan serta membersihkan meja, mereka harus berdiri di belakang meja dan menunggu aba-aba dari saya. Nah, bagian inilah yang paling disuka dan ditunggu anak-anak sebelum mereka keluar kelas. 

"Are you ready?" tanya saya sambil berjalan keliling meja murid-murid. 

"We are." sahut mereka serentak. Bisa dilihat bahwa mereka sudah siap-siap dengan target mereka. Ada yang melihat-lihat di kolong meja, bangku serta meja.

"Find me!" teriak saya sambil menyingkir. Murid-murid langsung berhamburan dan berusaha meraih pensil, penghapus, kuas, dan cat acrylic di sekitar mereka. Hal ini sengaja saya lakukan karena anak-anak sering kali tidak mau mengakui bahwa barang yang tertinggal adalah milik mereka.

"Found a pencil!" teriak Mika sambil mengancungkan pensil.

"Uh..that's belongs to Rina!" teriak Dylan. Rina pun langsung mengambil pensil tersebut dan harus mengucapkan magic word yaitu: Thank you.

"Found the ruler!" teriak John sambil mengacungkan penggaris. Tiara pun langsung mengambil penggaris tersebut dari tangan John.

"Found an eraser!" teriak Luna sambil mengacungkan penghapus. Tak lama Manda yang berdiri disampingnya segera meraih penghapus tersebut.

"It's mine. Thank you." ujar Manda.

Setelah semua barang yang tertinggal kembali kepada pemiliknya, murid-murid pun bisa kembali ke kelas mereka setelah saya membubarkan mereka.

"Goodbye and thank you grade 5." salam saya kepada murid-murid.

"Goodbye and thank you, miss." sahut murid-murid sambil keluar dari kelas.

 

Setelah murid-murid kembali ke kelas mereka. Ruangan pun terasa sunyi dan dingin nya AC langsung terasa. Buru-buru saya membereskan meja guru karena 10 menit lagi kelas akan dipakai kelas atas, yaitu grade 9. Setelah semuanya beres, saya pun segera keluar dari ruangan dan kembali ke meja kerja saya di lantai 2.

Ketika sedang menanti lift, mendadak ada dangdutan di perut. Oups, ternyata sudah jam 13:20. Wajar bila para naga diperut sudah membuat konser dangdut besar-besaran. Akhirnya pintu lift terbuka dan langsung saja melangkah masuk dan segera menekan tombol 2. Tidak sampai 1 menit, lift pun berhenti di lantai 2. Berhubung lapar sekali, akhirnya lansung melimpir ke  kantin yang juga berada di lantai 2.

Sesampai disana, akhirnya kuputuskan memesan mie ayam. Tidak ada kolega di kantin. Hanya ada para penjaga kantin yang menjaga booth mereka. Memiliki jam mengajar di dua benua alies di antara SD dan SMP membuat terkadang saya menikmati seorang diri. Hal ini karena perbedaan jam istirahat murid-murid SD dan SMP. 

Usai makan mie ayam, saya pun kembali ke ruangan kerja untuk menyiapkan pembelajaran untuk keesokan harinya. Ruang kerja pun termasuk ruang kelas belajar anak-anak tetapi untuk kelas kecil, yaitu kelas 1-3. Sedangkan saya mengajar dari kelas 4-7. Jadi, ruangan akan terasa tenang setelah jam 2 siang. Kebetulan hari ini, kolega yang mengajar kelas 1-3 sedang tidak masuk. Ah, akhirnya aku bisa menghempaskan diri di kursi dan menarik nafas sebentar walau hanya 10 menit sungguh membuat otot merenggang nikmat. Menggeliat sejenak dan dilanjutkan mengambil wudhu untuk sholat dhuzur.

Ketika usai sholat dan melipat mukena serja sajadah. Tiba-tiba pintu terbuka dan 3 sosok perempuan yang saya kenal akrab datang menghampiri. Novi, Dian dan Wien. Novi adalah guru olah raga. Dian adalah guru tari dan Wien adalah guru musik.

"Oi...nanti school meeting bareng, ya." kata Novi sambil  duduk di kursi anak warna biru. Novi terlihat seperti murid kelas 1 ketika duduk dikursi itu karena tubuhnya yang kecil dan wajahnya yang imut.

"Iya. Barengan aja." sahut saya sambil meletakan sajadah dan mukena di lemari kecil tepat dibelakang kursi kerja. Aku pun duduk menghampiri mereka yang duduk di kursi biru.

Kami pun bergosip ria seputaran kehidupan artis, politikus sampai urusan food hunting. Masing-masing mempunyai opini kenapa artis A bisa selingkuh dengan aktor C padahal suami si A gantengnya tidak ketulungan. Masing-masing punya opini tentang politikus Z yang terjaring kasus korupsi. Masing-masing punya opini kalau Bakso Om Tulit lebih endes daripada Bakso Dongkel. Entah mengapa kami tidak pernah berbicara urusan kerjaan. 

Keseruan gosip sampai membuat kami hampir lupa akan adanya meeting. Kami baru menyadari bahwa meeting akan diadakan 15 menit lagi. Kami pun buru menuju lift karena meeting akan diadakan di hall sekolah di lantai 9. Ketika sedang menunggu lift, tiba-tiba Dian bertanya tentang acara Retreat yang akan diadakan 2 minggu lagi di Bogor.

"Eh, itu retreat jadinya gimana, ya?" tanya Dian 

"2 minggu lagi kan?" sahut Wien sambil menatap kami bertiga bergantian.

"Iya. Maksud gue, nanti apakah anak-anak belajar dulu atau tidak?" tanya Dian. 

"Wah, ngak tahu juga. Belum ada update kan dari Excom?" tanya saya sambil menatap Novi, Dian dan Wien bergantian.

"Palingan nanti dikasih tahu pas meeting." ujar Novi.

Tak lama akhirnya pintu lift terbuka. Mata berbinar, senyum saya pun mengembang. Ternyata 7 penjaga pintu surga ada di dalam lift. 

"Nah, ada para penjaga pintu surga." kata saya sambil tersenyum ke 7 para penjaga pintu surga. Dian, Wien dan Novi pun langsung  melihat ke dalam lift. Mata mereka pun berbinar dan langsung tersenyum. Yah, mereka pun senang melihat 7 penjaga pintu surga. Karena adalah pemandangan yang langka dan kami menjadi saksi bisa melihat 7 penjaga surga secara bersama di dalam lift. Siapa lagi kalau bukan Budi dan Ahmad, guru agama Islam. Cindy, guru agama kristen, Maria dan Bobi guru agama Katolik. Lita, guru agama Hindu dan Johan guru agama Budha. Sungguh beruntung kami bertiga bisa bersama-sama dengan penjaga pintu surga di dalam lift.

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.