NGEJAJAL MRT (Sebuah Laporan Perjalanan

NGEJAJAL MRT (Sebuah Laporan Perjalanan
NGEJAJAL MRT (Sebuah Laporan Perjalanan
NGEJAJAL MRT (Sebuah Laporan Perjalanan

Acara diskusi buku 'Rempah Kita Nusantara" karya Ibu Lily Setiadinata diadakan di toko buku Kinokuniya, Grand Indonesia. Saya diundang oleh oleh Ibu Lily sebagai salah satu narasumber. Tentu saja saya tidak menolak. Bahkan momen ini saya manfaatkan sekaligus untuk mencoba naik LRT. Kebetulan stasiun LRT letaknya sangat dekat dengan kediaman kami di Cibubur.

Bersama dengan istri, kami pun berangkat. Anak saya nyusul karena dia ada ekskul di sekolahnya. Hmmm...baiklah.

Rute LRT dari stasiun Cibubur berakhir di perhentian stasiun Dukuh Atas. Perjalanan itu memakan waktu sekitar 40 menit. Dari sana kami berganti kereta dari LRT ke MRT. Meskipun, katanya sudah terintegrasi, jarak dari stasiun LRT ke stasiun MRT ternyata lumayan jauh. Kami harus berjalan kaki menyeberang kali krukut lalu menyusuri peron stasiun KRL Dukuh Atas. Dari situ kami menumpang kereta MRT ke stasiun Hotel Indonesia yang jaraknya hanya satu perhentian.

Sesampainya di stasiun Hotel Indonesia, kami harus berjalan kaki lagi ke Grand Indonesia. Jaraknya sebetulnya gak jauh tapi karena saat itu tengah hari bolong, keringat bercucuran dengan deras seperti abis hiking berkilo-kilo meter. Tapi tak mengapalah. Demi Jokowi yang menghimbau rakyat untuk bepergian dengan transportasi umum, kami rela ngejajalnya.

Begitu sampe di Grand Indonesia, perasaan kami lega banget. Di sinilah kesempatan untuk mengeringkan keringat. Baru sekarang berasa bahwa udara adem di Mall nikmatnya seperti surga.

Di Grand Indonesia meeting point dengan Ibu Lily adalah restoran Sushi Tei. Dalam hati saya berpikir, 'Kok janjiannya di Sushi Tei, sih? Bukannya Ibu Lily seorang pejuang kuliner Nusantara?'

"Saya pilih restoran ini karena saya tau anak Om Bud sukanya masakan Jepang," jawab Ibu Lily ketika saya menanyakan hal itu.

"Oh, anak saya nyusul karena harus ikut ekskul dulu," sahut saya.

Saya terharu banget mendengar Ibu Lily sempet-sempetnya mikirin anak saya. Meskipun saya gak begitu suka masakan Jepang, saya menerima alasan itu. Kebahagiaan anak nomor satu, kan? Hehehe...

Tik tok tik tok...waktu terus berjalan. 5 menit lagi acara diskusi buku akan dimulai. Makanan di meja makan sudah tandas tanpa sisa tapi Si Bungsu belum juga datang. Sampai akhirnya dia kirim WA kalau tidak jadi datang, Temen-temennya ngajak main bilyar, begitu alasannya. Hadoh...pengorbanan yang sia-sia. Kalo tau kan mendingan kita makan di Kafe Betawi yang letaknya gak jauh dari eskalator.

Alhamdulillah acara berjalan lancar. Pengunjung yang datang lebih banyak dari yang diharapkan. Semua orang antusias mendengar ocehan narasumber. Bahkan seorang sahabat saya di jaman SMA ikutan datang. Namanya Riki. Sudah bertahun-tahun saya tidak ketemu dia. He is my partner in crime jaman sekolah dulu.

Selesai acara, Riki mengajak saya dan istri nongkrong di Social House, sebuah resto bar and wine yang terletak di pojokan. Biasalah kita kangen-kangenan, ngobrol ngalor-ngidul mengenang masa lalu. Suasana sangat menyenangkan. Riki memang tipe pandai bergaul. Dia langsung cocok sama istri saya.

Puas ngobrol kami naik MRT lagi, kali ini bareng sama Riki. Di perhentian Blok M, kami berpisah. Bagaimana dengan saya dan Vina? Mumpung anak lagi ngayap, bapak ibunya gak mau kalah. Kami berdua mampir lagi ke mbloc. Nonton band sambil joget-joget seperti jaman pacaran dulu.

Hari itu memang gak ada peristiwa yang luar biasa tapi perasaan kami bahagia sekali. Bahagia yang luar biasa. Thanks my wife.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.