Boneka Berambut Pirang

Boneka Berambut Pirang
Boneka Berambut Pirang

 

Malam ini, waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Layar telpon genggamku sudah berkali - kali bergetar, tanda dalam 30 menit kelas online menulis akan segera dimulai. Karena kelas ini sifatnya online, pastinya bisa diikuti sambil mengerjakan kegiatan lain. Ini memang kebiasaan kurang baik sih, multitasking ini.

Tiba - tiba perutku berbunyi, aku lapar rupanya. Segera saja ku ambil piring dan menyiapkan roti isi selai kacang lalu ku taruh di alat pemanggang roti. Sebagai minuman pelengkap, aku tuangkan susu ke dalam gelas. Wah rupanya kelas sudah dimulai, persis pukul delapan malam. Ku ambil telpon genggamku, dan mulai asyik membaca tulisan dari Om Bud. Nama panggilan salah satu pengajar di kelas online yang aku ikuti ini. 

Tiba - tiba wangi semerbak satu ruangan. Wah ternyata rotiku gosong! Sambil berlari, ku cabut kabel pemanggang roti. Segera ku ambil rotiku, namun kenapa rotinya tidak hangat ya. Waduh, kok bisa. Bau gosong semakin keras dan sangit. Lalu dari mana bau gosong itu. 

Ku lihat sekelilingku. Tiba - tiba saja, aku beradu tatap dengan sebuah boneka. Degup jantungku berdetak kencang. Bisa ku rasakan bulu kudukku mulai berdiri. Perlahan tapi pasti. Detik waktu terasa sangat perlahan dan lambat - lambat. Semakin lama, satu detik, dua detik, tiga detik. Boneka itu menatapku dengan tatapan tajam dan nanar. 

Sial!!! Kenapa boneka itu harus berada di situ sih. Boneka itu duduk di kursi goyang rotan. Bukannya biasanya ia berada di kotak peti mainan, milik ponakanku. Lama... ia masih menatap mataku. Bibirnya tersenyum tipis. Mata birunya semakin menatap dengan tajam. Dan bibirnya… Ya Tuhan, apa aku tidak salah lihat. Apa aku sedang berhalusinasi karena perut lapar. Bibir boneka itu seakan semakin melebar. Sudut - sudut bibir boneka itu meruncing. Apa kursinya juga bergoyang.

Sekelebat, pikiranku berlari ke salah satu adegan film horor hollywood dimana boneka - boneka menjadi hidup di malam hari. Hiii… merinding! Ku palingkan wajahku. Mulutku komat - kamit melafalkan ayat dan doa. "Pergi woiii jin!!! Jangan ganggu - ganggu.. Aku kan tidak mengganggumu!" Aku berteriak dalam hati.

Bapakku selalu mengajarkan bahwa manusia itu lebih mulia dan tinggi derajatnya dibandingkan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Jadi kalau diganggu jin, harus berani. Tidak boleh takut. Tapi ya bagaimana ya. Perasaan ini sepertinya manusiawi ya.

Boneka itu memang agak seram penampakannya. Waktu awal dibelikan oleh ibuku, keponakanku yang berumur tiga tahun hampir tidak pernah menyentuhnya. Boneka itu berambut pirang. Matanya biru. Dan bibirnya merah tersenyum. Namun senyuman itu seperti terpaksa dan tidak tulus. Ekspresinya agak aneh. Sungguh tidak menarik. Jika ditekan tombol di punggungnya, maka ia akan bergerak menari. Dan mengeluarkan suara berbagai lagu barat.

Ibuku membelinya di Pasar Minggu. Katanya “Lucu nih buat Kayla.” Ponakanku, yang kala itu memang sedang senang - senangnya berjoget.

Ragu - ragu ku lihat roti dan segelas susu yang sudah ku tuang tadi. Haruskah ku habiskan dahulu. Atau sebaiknya aku langsung berlari menuju kamarku. Tapi kalau ku tinggalkan, perutku masih lapar. Dan berdosa rasanya jika roti dan susu tadi kubiarkan begitu saja. Aku menahan diri untuk melihat ke arah boneka itu. Jantungku masih berdetak kencang. Sepertinya boneka berambut pirang itu masih melihatku dengan tajam. Dan dari arah itu seperti memanggil - manggil agar aku menolehkan pandanganku pada tatapan tajam mata birunya. Ugh!! Antara kesal dan takut perasaanku. Benar - benar sebuah malam yang seram sekaligus menyebalkan. 

Langsung ku sambar roti dan gelas. Aku pun berlari tergopoh - gopoh menuju kamarku dan menutup pintu. Brakkk!!!

Mulutku masih komat - kamit melafalkan doa - doa perlindungan dari setan yang terkutuk. Sesampai di kamar, aku baru ingat. Ternyata, telpon genggamku ketinggalan di ruang makan tadi. 

"Aaarghhh…!!! Benar - benar terkutuk kamu setaaaan!!!"

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.