LANGIT DI BULAN OKTOBER

LANGIT DI BULAN OKTOBER
Foto : Pinterest

 

Dari jendela samping meja kerja kulihat langit cukup cerah. "Senja itu indah," kata seorang teman. Kurasa ia benar. Pantas ia menyukai dan lahirlah berlembar-lembar sajak dari dalam kepalanya. Ia juga bilang, "Jingga itu menandakan waktu, sebentar lagi segala resah harus dimakamkan. Setelah lelah menjaring hari. Setelah segala riuh memenuhi kubikel-kubikel di ruang kerjamu." 

Malam baru saja dimulai. Kutebak beberapa kenangan bersiap diri, menghampiri. Membentur sepi yang kubawa kemana pun aku pergi. Sengaja kubiarkan angin bersamaku sepanjang perjalanan pulang, berharap sedikit mengurangi sesaknya rasa. Playlist denting piano Yiruma, membawaku semakin dalam pada duniaku sendiri. Dunia yang tak sengaja kubangun selepas diri bergelut dengan payah dari rindu ke rindu. 

Aku bukan laki-laki yang cengeng, tapi malam ini entah kenapa aku ingin menjatuhkan hujan dari mataku untuk sebuah lega. Bulat purnama kali ini tak kusia-siakan dengan berlama-lama di kursi malas taman belakang. Tak terlalu luas, tapi cukup nyaman untuk kuajak mendekap malam yang diam. Yang menyimpan nyala kunang-kunang. Yang menyuguhkan jernih gemericik air kolam. Yang mengajakku meredam gaduh keluh. Yang menuntunku pada sebuah damai. 

Jarum menunjuk angka sebelas. Dahan berderak-derak menyampaikan pesan lain. Di tanah beberapa daun luruh, membentuk bayang-bayang seseorang, hingga utuh. Desau angin menjatuhkan kata-kata semacam romansa, pun hatiku yang masih saja kuterka-terka hadirnya. 

 

pada angan ingin yang disemogakan saat harap terlalu jauh
doa-doa diterbangkan meski ragu tak henti merajuk
dan kehilangan demi kehilangan berlari ingin menemukan
juga rasa sakit yang tinggal dan enggan tanggal 
pada hari-hari yang panjang, kita ada
memadamkan sepi
meredam nyeri
tanpa kita paham apa yang terjadi 
rengkuh apa-apa yang kita bisa, rengkuh saja hingga takdir membawa kita ke tempat dimana kita seharusnya berada 
kapal akan berlabuh, pulang, pada sebuah dermaga
lampu-lampu dinyalakan
jangkar diturunkan
pintu dan jendela terbuka lebar
lengan-lengan saling memberi hangat dalam sebuah perayaan yang kita rindukan. 

 


Bahagia ini sederhana, ternyata. Menemukan damai di sela hari yang hiruk pikuk, mencecap secangkir cokelat panas sambil sesekali mengingatnya. 
Dan Oktober ke empat belas kugenggam. Bersama datangnya sebuah pesan singkat dari seseorang, "Terima kasih sudah menjadi seorang yang mau berbagi cerita denganku, memberiku tawa meski mungkin hanya untuk sementara."

 

Solo, 131016 
 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.