Siap Bertanding Namun Tetap Bersanding

Indonesia memiliki Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam yang melimpah. Kunci hidup sejahtera di Jakarta adalah rajin dan disiplin, punya skill , kreatif dan dapat menangkap peluang yang ada.

Siap Bertanding Namun Tetap Bersanding
Pertandingan

 

 

            Yaaa to compete but to corporate; itulah kunci bagi siapa saja yang berani merantau ke Jakarta. Ibu Kota Negara (saat ini) yang orang sering mengatakannya: ‘Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota’. Betulkah demikian? mari kita bincang-bincang santai, karena lebaran telah usai. DKI Jakarta masih menjadi magnet pencari kerja asal daerah. Gemerlapnya Jakarta mempunyai daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang konon katanya ingin mengubah nasib.

            Pasca lebaran tahun ini diperkirakan Jakarta mendapat tambahan pendatang lebih kurang 50.000 orang lagi. Kalau begitu benarkah di kampung susah cari kerja, upah rendah, pingin pekerjaan yang lebih bergengsi, dan sebagainya. Mereka kebanyakan beranggapan bahwa dengan modal nekad datang ke Jakarta membuat hidupnya lebih sejahtera. Lalu modal apa yang harus disiapkan untuk bertempur di kota metropolitan seperti Jakarta ini? Apakah dengan selembar atau dua, tiga lembar ijazah cukup untuk hidup dan menghidupi keluarganya yang ditinggalkan di kampung (anak dan isterinya). 

Mengacu pada kalimat yang pernah diucapkan oleh Bapak B.J. Habibie: ‘Tidak ada gunanya Anda ber IQ tinggi tapi malas dan tidak disiplin, yang penting Anda sehat dan mau berkorban untuk masa depan yang lebih cerah. Selanjutnya Anda harus konsisten, mau bekerja keras dan disiplin’.

Memasuki kota Jakarta itu perlu skill dan mental berkompetisi. Hidup seolah-olah seperti arena pertandingan, ada yang menang dan ada juga yang kalah. Modal ulet dan pantang menyerah saja belum cukup. Buktinya selama masa pandemi covid-19, dua tahun lamanya membuat banyak perantau pulang kampung. Banyak warga Jakarta yang kehilangan pekerjaan dan pengangguran terjadi di mana-mana.

Walau demikian mengapa Jakarta tetap menjadi pilihan perantau. Apakah Jakarta dianggap sebagai kota paling maju di Indonesia? Bagaimana nanti kalau IKN (Ibu Kota Negara) pindah ke Kalimantan Timur? Masihkah Jakarta akan tetap menggiurkan? Ekspektasi apa yang masih bisa di kais ketika penduduk Jakarta makin berjubel, yang ada hidup bagai sebuah pertandingan. Kalau penulis boleh ibaratkan sebagai pertandingan lari, tentu siapa cepat dan melakukannya dengan benar maka ialah pemenangnya. Sedangkan kalau penulis ibaratkan hidup sebagai arena atau gelanggang tinju, maka siapa mampu bertahan terhadap pukulan yang bertubi-tubi dari pihak lawan, maka dialah yang memenangkannya.

Akan tetapi apakah kita mesti jalani hidup ini dengan pertandingan-pertandingan yang demikian, bukankah manusia itu pada hakekatnya adalah makhluk sosial. Konon manusia tidak mungkin bisa hidup sendiri, bahwa sebagai manusia kita ini saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Hidup kita ini adalah rangkaian hidup yang saling memerlukan untuk mencapai tujuan-tujuan dan rencana-rencana indah ke depan.

Oleh karena itu, pemerintah melakukan invervensi lewat pelatihan-pelatihan kerja dibeberapa bidang, juga melakukan sinergi dengan berbagai pelaku-pelaku industri dan usaha. Bisa dalam bentuk mengisi lowongan kesempatan kerja, melakukan kerjasama antar daerah se Jabodetabek, sehingga para perantau itu terdistribusi dengan baik dan tidak menambah tumpukan pengangguran. 

Menciptakan Berbagai Kreativitas

            Sifat kreatif itu pada dasarnya dipunyai oleh setiap manusia, karena manusia itu diciptakan oleh Sang Maha Kreator yaitu Tuhan Allah. Semesta alam dan seluruh isi di dalamnya bisa dikelola dengan seoptimal mungkin demi kemaslahatan hidup orang banyak. Kata kuncinya, menjadi manusia itu jangan malas, apapun yang diusahakannya dengan sungguh-sungguh dan disertai dengan kejujuran plus doa pasti akan mendatangkan rejeki bagi siapa saja yang rajin.

            Pembaca yang budiman tentu tidak lupa dengan pepatah lama: ‘Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya’. Berbahagialah kita yang memperoleh kesempatan hidup di Indonesia. Masih ingat lagu lama Koes Plus yang antara lain syairnya mengatakan: ‘…..Tongkat kayu dan batu jadi tanaman….. dan seterusnya’. Apa saja yang ditanam oleh petani kita dipastikan akan membawa hasil (dapat dipanen). Lihat saja, buah pisang yang tidak harus menunggu musim; pohon kelapa yang hampir semuanya berguna buat manusia, masih kurang apa lagi.

Cobalah mau peduli sesama kita, yang memiliki kepandaian di bidang apapun berbagilah. Sebab itu penulis berani mengatakan: ‘Silahkan bertanding namun, tetaplah bersanding’. Hidup rukun dan milikilah semangat gotong royong sebagaimana telah diajarkan nenek moyang kita sejak dahulu kala, mari kita teruskan. Didukung dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat, penulis yakin Indonesia akan sejajar dengan negara-negara maju lainnya yang ada di dunia ini.

SDM (Sumber Daya Manusia) dan SDA (Sumber Daya Alam) yang melimpah ruah di bumi pertiwi ini hendaknya dikelola oleh tangan-tangan terampil dan berkarakter jujur. Niscaya dapat mengantarkan bangsa ini menuju Indonesia emas, tidak harus menunggu tahun 2045 yang nota bene masih 23 tahun lagi. Mulailah dari diri sendiri dan mulailah sekarang juga. Ingat peluang tidak selalu datang berulang; tangkaplah peluang dan percayalah bahwa peluang datang bisa dalam bentuk apapun dan pastinya tidak menunggu siapapun. Siapapun ia yang paling siap, dialah yang akan mawas dan mengambilnya.

Adapun cara terbaik menangkap peluang adalah mempersiapkan diri untuk peka dan punya skill untuk meraihnya. Jangan sekali-kali enggan atau malas untuk belajar hal-hal baru. Di dunia ini semua pasti berubah, hanya satu yang tidak pernah berubah yakni perubahan itu sendiri. Pandai-pandailah melakukan adaptasi, kolaborasi dan sinergi.

Sebagai penutup tulisan ini ijinkan penulis mengutip yang dikatakan Eleanor Roosevelt: ‘I think, at a child’s birth, if a mother could ask a fairy Godmother to endow it with the most useful gift, that gift would be curiosity’.

 

Jakarta, 14 Mei 2022

Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia – tyasyes@gmail.com

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.