New Fear The Me is 3

Susah amat pake kata-kata bahasa enggres

New Fear The Me is 3
Photo by: Suara.com

Photo property: Suara.com

 

New Fear The Me is 3

       Wajah mengkilap oleh minyak alami yang terproduksi dari hasil paparan debu dan keringat. Seminggu Sulhan bertugas mengantar barang antar pulau. Dari Pekanbaru ke Jakarta bolak-balik. 

 

       Sulhan harus mengantarkan hasil bumi berupa jagung, tebu, kakao, dan lain sebagainya. Sulhan tidak bekerja pada satu tuan saja untuk bisa menutupi hidup bulanannya. Lelah yang tidak terbendung seringkali harus ditahan untuk bisa menyelesaikan setiap tugas yang dia dapatkan sebagai bentuk tanggung jawab sebagai kepala keluarga dan profesionalisme yang dia pegang kepada perusahaan yang mempercayainya untuk membawa produk-produk hasil bumi.

 

        Sulhan adalah bapak dua orang anak yang masih membutuhkan biaya sekolah, yang bisa dibilang tidak sedikit. Istri Sulhan, Ratminah membuka warung makan kecil di pinggir jalan tidak jauh dari rumah untuk membantu Sulhan dalam mencukupi kebutuhan keluarga dan sekolah anak-anak mereka. 

 

         Di warungnya, Ratminah menjual gorengan dari tahu goreng, tempe goreng, pisang goreng, dan singkong goreng ditambah aneka ragam kopi sachetan. Selain itu, Ratminah juga menerima titipan dagangan dari tetangga berupa roti. Terkadang Ratminah juga menjual buah pisang. 

 

          Warung Ratminah bisa dibilang cukup laris, meskipun cash flow sering tersendat karena sopir-sopir truk kecil atau pedagang asongan yang menjadi langganan makan di warungnya sering mengutang. Kalau sudah seperti ini, yang apes ya Sulhan. 

 

        “Han.. tolong kasih uang aku untuk beli kebutuhan dagang. Kamu ada lebihan tidak hari ini?” tanya Ratminah

 

        “Berapa kamu butuh Rat?” tanya Sulhan. “Aku hanya butuh 500 ribu rupiah saja. Ada tidak kamu?”

 

        “Aku kasih kau 350 ribu saja. Besok aku harus pergi antar biji kopi ke Jakarta, sisa 240 untuk persediaan aku di jalan. Jaga-jaga saja.” 

 

        “Manalah aku cukup bang Sulhan untuk beli bahan buat daganganku,” sedikit memaksa meminta sisa uang Sulhan. 

 

         “Ya. Kau tagihlah orang-orang yang berhutang pada kau. Kenapa jadi aku terus yang harus menanggung. Kau diam saja mereka berhutang,” dengan nada kesal Sulhan protes ke istrinya.

 

         “Hei bang Sulhan.. Bang Sulhan. Akupun sudah meminta kepada mereka. Apa lah boleh buat jika mereka tidak punya uang,” Ratminah menaikkan sedikit suaranya.

 

          “Ya jangan kau kasih mereka makan di warung mu sebelum mereka membayar. Bagaimana sih?!” 

 

          “Ayolah bang. Kau beri aku 100 ribu lagi,” Ratminah sedikit merengek. “Besok akan kutagih lagi mereka itu. Semoga ada yang bayar sesuai janji mereka,” Ratminah berusaha membujuk Sulhan agar memberikan tambahan sesuai jumlah yang dia minta. 

 

           “Kau ini. Akupun butuh uang itu untuk aku jalan besok. Sudah khan kubilang. Sudah sana belilah secukupnya untuk membuat jajanan untuk warungmu. Dan besok kau tagih mereka yang masih berhutang kepada kau ya,” seru Sulhan kepada istrinya, dan kemudian melanjutkan tidur.

 

             “Pelitnya kau ni.” Ratminah pun berdiri sambil memiringkan sedikit bibir atasnya. 

 

             “Kalau aku pelit, tak ku kasih kau uang 350 ribu itu. Huh! Macam mana punya istri seperti ini. Sudah aku mau istirahat dulu. Jangan lagi aku kau ganggu. Besok aku berangkat pagi-pagi sekali seperti biasa,” Sulhan membalas cibiran Ratminah.

 

Pagi jam 5 subuh

           Sulhan sudah bersiap untuk menjalankan tugasnya pagi itu untuk mengantar biji kopi ke Jakarta. Hari itu muatan tidak terlalu banyak hanya sekitar 3 ton. Membawa muatan dari Pekanbaru ke Jakarta butuh waktu sekitar 5 hari. Dan untuk kembali ke Pekanbaru, Sulhan pun sudah ada sewa muatan. Sehingga dia tidak akan pulang kosong.

 

            "Muatan apa yang kau bawa Han dari Jakarta sekembali kamu ke Pekanbaru" tanya temannya. 

 

             "Aku bawa bawang merah, Mat," memberikan jawaban ke Rahmat temannya.

 

                "Bagaimana kabar istrimu? Masih mutung dia?" Sulhan menanyakan kabar istri Rahmat.

 

            Sulhan dan Rahmat sering bertemu di Jakarta. Rahmat bukan dari Pekanbaru, tetapi dari Palembang.

 

            "Ah kamu tau kan istriku galaknya minta ampun. Padahal kita ini nyupir demi istri kita toh," kata Rahmat.

 

              "(Sulhan tertawa) iya bener bang. Istriku tidak galak, tapi kalau minta uang jajan dikasih berapapun pasti minta nambah, " Sulhan menimpali.

 

             Tiba-tiba secara tidak sengaja mereka sama-sama mengatakan, "Kita ini nyupir demi istri." Lalu mereka tertawa ngakak. Geli dengan moment keluhan mereka yang mengeluarkan kata-kata yang sama di waktu yang bersamaan. 

 

             Sulhan pun berdiri dan berjalan melewati pantat truk Rahmat. Tidak sengaja dia membaca tulisan yang terlukis di pantat truk dengan bingung.

 

             "Neyu fear theh me is tiga??" maksudnya apa ni Mat tanya Sulhan sambil membaca tulisan "New Fear the me is 3".

 

               "Oh. Gini cara bacanya nyu fi:r de mi is three," membantu Sulhan dengan ucapan bahasa Inggris. 

 

                Sulhan pun mencoba mengulang dengan mengikuti ucapan Rahmat.

 

                "Ow.. maksudnya nyupir demi istri? Begitu?" Sulhan mencoba memastikan tebakannya. 

 

                  "Iya," kata Rahmat sambil terkekeh-kekeh.

 

                "Ya ampun. Susah amat pake kata-kata bahasa enggres," kata Sulhan sambil tertawa. "Ya kita ni termasuk Pasutri," kata Sulhan.

 

                "Singkatan apa lagi tu?" tanya Rahmat penuh tanda tanya. Sulhan termasuk orang yang sering memberikan kepanjangan kata yang aneh-aneh. 

 

               "Pasukan Suami Takut Istri," kata Sulhan sekenanya. Dan mereka berduapun tertawa. "eaaaa" (kembali mereka tertawa).

 

             "Mat, sambil istirahat aku juga mau nambah tulisan di bodi belakang truk tulisan New Fear The Me is 3. Bagian belakang kebetulan masih mulus. Gak usah bagus-bagus amat. Seadanya aja."

 

              "Ok. Mari kubantu kau. Aku ada sisa cat semprot warna merah. Cukup kurasa," Rahmat berlalu menuju truknya untuk mengambil kaleng cat semprot.

New Fear The Me is 3

            Selesai sudah mereka menulis di bagian belakang truk Sulhan. Sulhan pun merasa puas dan menyeringai lebar. Wajah lelah pun terhapus dengan gelak tawa bersama temannya, Rahmat. 










 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.