HATI-HATI MELAKUKAN BRANDING

HATI-HATI MELAKUKAN BRANDING

HATI-HATI MELAKUKAN BRANDING

"Ada bagian dari gigi Om Bud yang gak rata makanya susah dijangkau sikat gigi. Coba Om Bud beli Water Flosses, ya," kata Dokter gigi setelah melakukan scaling.

"Water flosses apaan sih, Dok?" tanya saya gak ngerti.

"Water flosses itu alat penyemprot gigi. Ntar saya kasih obatnya, campur dengan air lalu semprot."

"Okay, Dok," sahut saya.

Buat saya nama Water Flosses itu keren banget. Jadi saya sangat berminat untuk membelinya. Sehabis dari dokter gigi, saya mampir dulu ke kantornya Syam, temen saya yang letaknya gak jauh dari situ. Sesampainya di sana, Syam rupanya udah nunggu di ruangannya.

"Wah kebetulan banget, Om Bud. Baru kemaren gue beli water flosser 3 biji. Lo boleh ambil satu," kata Syam.

"Pucuk dicinta ulam tiba. Mana barangnya? Gue penasaran bentuknya kayak apa," pekik saya dengan berbunga.

Syam membuka laci mejanya dan menyodorkan sebuah kotak. Saya langsung tertegun membaca water flosses yang dimaksud. Gak lama kemudian, saya menyerahkan balik benda itu ke Syam.

"Gak usah, deh. Gue beli sendiri aja. Mereknya gak nahan gue," kata saya dengan suara pelan.

"Hahahahahaha....lo illfeel sama kata-kata 'Tembak Jigong' ya? Hahahahaha...." Syam langsung menangkap alasan saya.

Saya cuma mesem doang sambil menganggukkan kepala. Membaca tulisan di kemasan kotak tersebut saya bisa berkesimpulan bahwa produsen perusahaan tersebut perlu banyak belajar lagi tentang branding.

Melakukan proses branding memang gampang-gampang susah, Kalo kita tidak hati-hati, jangankan membeli produk kita, dikasih gratis aja orang menolak. Dan itu yang terjadi sama saya dan hal itu dikarenakan kemasannya.

Waktu masih kerja di Ogilvy, saya punya "pacar" namanya Liang, Dia orangnya modist banget. Suatu hari dia ngeliat mobil Vitara parkir di area gedung perparkiran kantor kami. Entah siapa pemiliknya. Pokoknya Liang langsung jatuh cinta sama mobil itu dan berminat membelinya. Namun waktu dia beli mobil ternyata bukan Vitara yang dibelinya tapi mobil dengan merek lain.

"Lo gak jadi beli Vitara, Li?" tanya saya keheranan.

"Gak jadi. Mobilnya sih bagus tapi gue gak suka sama iklannya," sahut Liang.

Iklan adalah bagian dari proses branding. Persis seperti peristiwa di atas, Liang juga gak jadi beli sebuah brand dan kali ini gara-gara iklannya. Iklan memang disiplin ilmu yang unik. Ada banyak hal menarik untuk kita gali. Kalo kalian ingin menjadi orang iklan dan ingin mempelajari periklanan lebih dalam, pilihlah instruktur yang tepat.

Nah, saran saya belajarlah di Sekolah Iklan. Di sini kalian akan digembleng bagaimana proses sebuah iklan dilakukan. Dari brief klien, strategi, konsep, pencarian ide, copywriting sampai ke ke level eksekusi.

Asep Herna dan Budiman Hakim siap membimbing secara total siapa pun yang ingin mahir bikin iklan-iklan, dengan 2 goal: Business Achievement dan Creative Achievement.
Sekolah Iklan ini siap dimulai 22 Juli 2022. Tak tanggung-tanggung, kami hadirkan 8 sesi penuh, dan buat siapa pun yang mengikutinya secara lengkap berhak atas Sertifikat Sekolah Iklan yang ditanda tangani Asep Herna dan Budiman Hakim.

Jadi kalau kalian ingin belajar bikin iklan beneran dari orang iklan beneran, silakan pelajari detailnya di sini:
https://thewriters.id/academy/sekolah-iklan

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.