BER 217 AN

SERI#4 Dari TetralogI (#1: ALONE BY MUST, #2 BE YOUNG CARE ROCK, #3 BERTEMU DI BIS BERPISAH DI TERMINAL, $4 BER 217 AN)

BER 217 AN

Lama Aku berfikir tentang sobatku yang satu ini, pak Boss kecil. Aku mencoba mengingat kembali bagaimana diawal-awal bekerja dengannya. Meskipun orang kantor sudah pulang semua, kami masih berada di Kantor dan sering berdiskusi tentang mimpi-mimpi Kami. Kami berdua banyak berandai-andai dan membangun Journey selama berkeja di perusahaan ini, ya Perusahaan ini bukan Perusahaan lain. Ia sangat bersemangat untuk bekerja demi pertumbuhan bisnis Perusahaan.

Seperti yang Aku sudah sampaikan, mungkin Aku kurang netral dalam menilai kedua sobat dekatku ini. Aku secara sepihak telah ikut memvonis pak Boss kecil ini dengan sebutan yang kurang menyenangkan. Sehingga secara tidak sadar Aku semakin jauh dari pak Boss kecil, termasuk memahami apa yang ada di pikirannya. Aku juga kurang menanyakan perkembangan keluarganya, termasuk kedua orang tuanya. Padahal sebelumnya Aku sangat dekat dengan keluarga tersebut.

Selama aku bekerja di Perusahaan ini, baru pertama kali mendengar sumpah serapah Mas Iwan terhadap anak buahnya. Meskipun saat itu Aku kaget, tetapi lambat laun Aku mulai belajar menerima alasan Beliau untuk marah. Selebihnya, Mas Iwan adalah orang yang paling pintar menyimpan rahasia, baik rahasia atasan maupun rahasia anak buah.

-------------------------------------0

Sebenarnya Aku masih punya hubungan Saudara dengan pak Boss kecil. Istriku adalah sepupu dari pak Boss kecil dan pertemuan kami juga hasil comblangan pak Boss kecil. Aku merasa berdosa dengan sikapku ini, dan ini membawa dampak terhadap istri dan Anakku. Hingga suatu hari Aku dikejutkan oleh rasa penasaran Istriku.

“Mas, kok akhir-akhir ini banyak ngelamun sih? Tanya istriku disuatu waktu.

“Hah, ngelamun?”Aku bertanya balik.

“Iya. Mas ga sadar kalo di depan laptop pandangannya kosong” jawab istriku

“Masa sih?” Iya, Kemarin selesai sarapan mas langsung ke studio. Tapi waktu Aku ikuti, ternyata mas ga’ ngapa2in dan waktu Aku sapa mas ga jawab sama sekali. Ada apa Mas. Mungkin Aku bisa bantu” Istriku mencoba meyakinkanku.

“Aku kangen sama keluarganya mas Iwan” jawabku berterus terang.

“Lho emangnya udah lama ga telepon-teleponan?” tanya istriku.

“Iya, cukup lama” jawabku sekenanya.

“Ya udah nanti Aku Telepon, toh saat ini Kita ga mungkin untuk ketemuan” kemudian istriku meninggalkanku.

Aku punya beberapa foto dengan pak Boss kecil. Ada foto pak Boss kecil sedang merayakan kemenangannya sebagai Sales of the Year di Perusahaan Kami. Foto yang sangat berkesan adalah ketika Kami tampil sebagai the best sales team dalam sebuah ajang kompetisi sales tingkat nasional. Saya masih ingat bagaimana senangnya mas Iwan, ketika didaulat naik panggung untuk menerima trophy dan memberikan testimoni kemenangan.

-------------------------------------00

Hari ini Aku akan melaporkan beberapa kesepakatan yang telah Kami buat dengan Tim Penjualan:

“Assalamuálaikum pak Iwan, apa khabar?” Sapaku melalui Telepon.

“Waálaikumsalam, Alhamdulillah sehat. Gimana khabar Mas, Mba dan Firman?”

“Jangan panggil Bapaklah. Aku adalah Iwan yang dulu. Iwan yang menjadi teman suka dan dukanya Mas” jawabnya (Aku kaget sekali).

“Eee iya Pak, eeeh Mas Iwan” balasku gugup

“Nah gitu dong, khan lebih enak” sapa beliau santai (kok kalimatnya persis seperti dulu yaaa kataku dalam hati).

“Apa yang bisa Saya bantu Mas?” tanya mas Iwan Balik.

“Begini mas Iwan. Saya sudah diskusi dengan tim penjualan dan kami sudah bertekad untuk habis-habisan mendongkrak penjualan agar kembali seperti dulu” kataku dengan semangat.

“Wuah bagus itu, terus” lanjut mas Iwan.

“Ada beberapa strategi penjualan yang akan Kita implementasikan”

“Salah satu hal mendesak yang bisa Kita implementasikan adalah mengcreate Value bagi Kastamer Kita, agar Mereka bisa bangkit dari keterpurukan saat ini” ujarku sambil mengambil catatan yang sudah kupersiapkan.

“It’s great. Aku setuju” balas mas Iwan.

“Kita juga sudah sepakat untuk mengembangkan the way of working yang digital, mas Iwan” sahutku

“Scrum bukan?” tanya mas Iwan.

“Iya betul Mas” jawabku cepat.

Hingga larut malam Kami masih berdiskusi memetakan strategi dan lengkap dengan program-program yang detail. Akhirnya Kami sepakat untuk mengimplementasikan strategi tersebut dan Aku diminta untuk menyusun dalam slide presentasi yang akan Kami sajikan dalam rapat mingguan.

Ada yang berubah dari sikap dan cara pandang mas iwan belakangan ini. Aku melihat analisis Beliau tajam dan argument-argumen yang Ia ajukan juga sangat berdasar. Cara Beliau berkomunikasi juga sudah sangat tenang dan jauh lebih santun. Dalam diskusi beliau banyak mendengar dan ketika menyampaikan beragam informasi, selalu dilakukan dengan bahasa yang simple dan mudah dimengerti.

-------------------------------------000

Info dari Human Capital yang aku dapatkan bahwa mas Iwan mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Pendidikan Mini MBA secara online. Beliau juga ternyata sudah memiliki sertifikat Coaching tingkat master. Saat ini beliau terlibat didalam Coaching clinic yang dilakukan oleh komunitas industry dalam rangka memulihkan kembali mental para pekerja akibat ancaman PHK massal.

Aku mencoba membantu tim penjualan dengan ikut turun ke lapangan, terutama kunjungan dan berinteraksi dengan pelanggan Top 10, Top 50 dan Top 100 yang ada di perusahaan. Dari Hasil Customer Gathering yang kami lakukan melalui online, didapatkan hal yang menjadi painfull problem di bisnis Mereka. Kami sudah membuat champion team yang akan terlibat dalam memberikan solusi terbaik untuk pemulihan bisnis kastamer.

Khabar baik kami terima dari mas Iwan, bahwa 3 dari 6 kastamer yang hengkang menyatakan akan bergabung kembali setelah kontrak mereka dengan perusahaan mas Agus selesai. Mas Iwan sangat aktif membangun jaringan di Industry dan Kondisi ini berdampak terhadap menguatnya Brand Positioning Perusahaan Kami.

Sebenarnya Aku masih penasaran dengan perubahan sikap dan prilaku mas iwan yang sangat bombastis ini. Sehingga Aku coba untuk menanyakan ke Beliau tips and triknya agar Kami bisa lebih baik. Sebelum Briefing Pagi Aku coba Chat Beliau via WA untuk menanyakan kesediaan beliau menjawab teleponku. Alhamdulillah Mas Iwan menyatakan dengan senang hati bersedia.

Kesempatan itu Aku gunakan juga untuk menanyakan keadaan Ayah, Ibu dan Adik-adiknya. Aku dapat khabar bahwa Ayah Ibunya sehat dan Adik-adiknya juga sudah kuliah, Insya Allah tahun depan yang nomor dua Wisuda. Ketika Mas Iwan berbagi tips dan trik mengembangkan Personality, Membangun jaringan dan Kemampuan menyusun strategi bersaing semua terlihat simple dan disampaikan dalam bahasa yang mengalir. Aku semakin kagum dengan mas Iwan. Aku berdoa mudah-mudahan Mas Iwan sukses terus dan secepatnya jadi General manager.

Seminggu setelah Kami berdiskusi, Aku menerima Chat dari Mas iwan dan Beliau menuliskan

“MIMPIMU JADI KENYATAAN”

“Maksudnya?” Tanyaku dalam hati.smileysmiley

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.