Bagaimana Berbicara dengan Orang yang Tidak Kamu Suka Seolah Berteman Dekat

Dua kucingku ini sering "cakar-cakaran." Tetapi di akhir, mereka tetap mau akur dan berbagi. Bisa kah kita seperti itu?

Bagaimana Berbicara dengan Orang yang Tidak Kamu Suka Seolah Berteman Dekat

Bagaimana menyikapi orang yang tidak kamu suka?

Aku rasa hampir dari kita semua ingin menghindarinya. Orang-orang yang berbuat sesuka sendiri, teman yang bersikap buruk ke kita, dan juga mereka yang memiliki pendapat "ekstrim" berbeda dengan kita. Berinteraksi dengan mereka tentu tidak nyaman, melelahkan dan mungkin menjengkelkan. Lebih lagi jika memperdebatkan siapa benar siapa salah. Siapa yang tidak tegang syarafnya?

Jika kamu pernah melihat, di beberapa akun media sosial pengembangan diri pun menyarankan untuk menjauhi teman yang tidak disukai. Dan mungkin orang tua juga pernah menyarankan demikian. Tentu menjahui konflik yang tidak mengenakan itu baik bagi psikologis kita.

Tetapi benarkah menjahui bisa menyelesaikan masalah?

Mungkin untuk menjahui orang yang di luar lingkaran hubungan dekat kita (orang yang tak dikenal, orang baru kenal pertama, teman biasa, dst) tidak terlalu berdampak dalam kehidupan kita ataupun orang tersebut. Tetapi mari pikirkan lagi.

Misalkan orang yang tidak kamu suka adalah saurdaramu, yang serumah dan setiap hari bertemu. Apakah menjahuinya bisa menyelesaikan masalah? Lalu bagaimana kalau yang saling tidak suka itu kedua orang tuamu? Melihat mereka berdua saling membenci dan menjauhi tentu menyakitkan. Karena kita ingin mereka utuh, seperti keluarga baik pada umumnya.

Jika dijadikan analogi, apa yang terjadi konteks sosial luar, baik dengan teman maupun orang umum, itu sama tidak enaknya dengan masalah dalam konteks keluarga. Kita hanya sulit merasakan betapa tidak enaknya realitas saling tidak suka, tidak menghargai satu sama lain, dan perpecahan dalam konteks yang sangat luas itu (maksudku, kita masih bisa menjalani hidup di rumah dengan tenang, meskipun masyarakat kita sekarang benar-benar mengalami banyak isu politik dan perpecahan).

Jadi apabila ingin menyelesaikan masalah ini, kita tidak bisa menghindari orang yang tidak kita suka. Beruntungnya kita tidak harus memiliki pembicaraan yang sulit, tidak nyaman, dan saling sinis terhadap mereka. Kita bisa memilih untuk berbicara seperti dengan teman dekat.

 

Bicara seperti berteman dekat?

Mungkin ini terdengar aneh, tetapi pernah kah kamu berkonflik dengan teman (atau orang) terdekatmu, lalu memiliki pembicaraan dengannya?

Aku rasa pembicaraan itu tidak sampai membuat syarafmu tegang. Dan kamu masih bisa memiliki pembicaraan yang baik, tanpa kata-kata ofensif dengannya, meskipun pembicaraan itu hal sensitif (terkadang menyakitkan) dan memiliki pendapat yang saling bertentangan.

Sehingga bagaimana jika pembicaraan dengan orang yang tidak kita suka, kita perlakukan sama seperti kita ketika berbicara dengan teman dekat kita?

Aku telah mencobanya, dan aku memiliki pembicaraan bermakna dengan mereka yang aku tidak suka. Aku pernah berbicara dengan orang yang gaya bicaranya "sarkastik." Dan aku pernah berbicara dengan orang yang bertentangan keyakinan denganku (dia berargumen tuhan tidak ada dan tidak bisa dibuktikan). Bahkan kami berjanji untuk melanjutkan diskusi ketika kami ada waktu.

Dari pengalaman itu, aku memahami setidaknya ada tiga hal yang bisa kamu lakukan untuk memiliki pembicaraan dengan orang yang tidak kamu suka.

 

A. Mulai dengan utarakan maksud yang baik untuk semua

Dalam memulai pembicaraan berkonflik pendapat, seringkali orang lupa untuk mengutarakan maksudnya. Mereka langsung ke poin pembicaraan yang diperselisihkan. Seperti mengutarakan pendapatnya yang diyakini benar sekaligus menyalahkan lawan bicaranya. Atau dengan mengajukan pertanyaan yang meragukan pendapat lawan bicara.

  • Kenapa kamu beli belanjaan sebanyak itu?
  • Pendapatmu bahwa UU Omnibus Law bermanfaat itu salah.
  • Mengapa kamu meyakini kalau polisi benar dalam kasus terbunuhnya 6 laskar FPI? Padahal belum ada bukti valid.

Jika kamu langsung berkata seperti di atas, orang bisa salah menangkap maksudmu. Mereka bisa menangkap kamu bermaksud "menyerang" mereka, meskipun kamu tidak bermaksud demikian. Dan normalnya semua orang tidak mau salah. Itu kenapa mereka menjadi defensif (mempertahankan kebenaran pendapat/perilakunya) dan balik menyerang (menyalahkan pendapatmu). Pembicaraan pun berlanjut dengan saling sahut dan terus berselisih.

Untuk itu, kamu perlu mengutarakan maksudmu ketika mulai pembicaraan dengan teman bicaramu. Dan paling penting, pastikan maksudmu itu adalah untuk kebaikan bersama, seperti :

  • Hei, kamu tahu, ketika kamu berpendapat seperti itu sewaktu aku presentasi, aku merasakan emosi negatif yang aneh. Bisa kah kita bicara agar kita memiliki relasi yang lebih baik?
  • Hei, pendapatmu tentang itu kontroversial bagiku dan menarik. Bisa kah kita berdiskusi agar kita sama-sama belajar?
  • Ibu, bisakah kita membicarakan keuangan kita, agar kita bisa terpenuhi semua kebutuhan kita?

Dengan demikian, pembicaraan itu menempatkan teman bicaramu dan kamu sebagai partner yang saling kerja sama untuk mencapai maksud bersama itu. Salah atau benar bukan dalam rangka untuk menjatuhkan satu sama lain. Dan pembicaraan yang berkonflik itu bisa dilakukan secara terbuka tanpa harus bersikap defensif dan bertegang syaraf.

 

"Tujuan sebuah perdebatan atau diskusi bukanlah memburu kemenangan, melainkan mendapatkan kemajuan" - Karl Popper

 

Untuk selanjutnya kamu harus konsisten menempatkan teman bicaramu sebagai partner, bukan lawan/kompetitor. Akan percuma mengutarakan maksud bersama itu, jika kamu tetap bersikap "memenangkan diri sendiri." Maka dua langkah selanjutnya akan menunjukan bagaimana bekerja sama dengan teman bicaramu.

 

B. Dengarkan dan jalinlah pemahaman bersama

Kamu tahu apa yang menjadikan orang berteman dekat?

Banyak orang akan menjawab itu karena mereka memiliki kesamaan (hobi, kesukaan, dsb) dan saling mengerti. Tetapi sebenarnya, yang menjadikan mereka berteman dekat adalah mereka saling mendengarkan. Itulah yang menjadikan mereka mengerti satu sama lain.

Dan kebanyakan orang cenderung mudah dan mau mendengarkan sesuatu yang mereka sukai, memiliki perspektif pendapat sama, dsb. Sebaliknya susah dan enggan mendengarkan sesuatu yang tidak sukai, memiliki perbedaan pendapat, dsb. Itu juga kenapa kamu akan lebih mudah mendapatkan teman dekat dari orang yang memiliki kesamaan denganmu daripada orang yang berbeda denganmu.

Hal baiknya, mendengarkan adalah kemampuan. Kamu pun bisa mudah mendengarkan orang yang berbeda denganmu jika terus melatih dan menggunakannya dalam pembicaraan yang sulit. Tetapi perlu diingat bahwa mendengarkan tidak sesederhana "menangkap" apa yang dia katakan. Jika hanya menangkap, tetapi terus membiarkannya tanpa berpikir dalam akan itu, dan fokus melontarkan argumen balasan, berarti kamu belum mendengarkan.

Jadi kamu harus menghubungkan pengetahuanmu dengan pengetahuan dia yang kamu tangkap, sehingga membentuk pemahaman bersama. Yap, empati diperlukan dalam melakukan ini. Untuk praktiknya, setidaknya kamu bisa menggunakan dua teknik ini :

 

B1. Cari bagian benar yang kamu setuju dengannya

Akan sulit bagi kita untuk menghubungkan pengetahuan kita dengan orang lain, kalau menurut kita pendapat itu terlihat "salah." Dan mengaggap "salah" terkadang menjebak. Karena "salah" itu bisa datang dari kemungkinan lainnya :

  • "Salah" karena berbeda dengan kebenaran kita yakini. ingat, berbeda belum tentu salah. Kalau kamu mengatakan gelas itu setengah penuh, bukan berarti pernyataan dia bahwa gelas itu setengah kosong itu salah.
  • Atau sebenarnya kita tidak tahu. "Benar" "salah" hanyalah anggapan kita.

Jadi jangan terburu untuk memberikan kritik karena terlihat "salah." Paksalah dirimu untuk terus mencari asumsi benar dalam pendapat teman bicaramu, sehingga memudahkanmu untuk terhubung dan setuju. Dan perlu diingat, sekalipun "salah," bukan berarti semua asumsi yang dibaliknya salah.

Ambil contoh pendapat bahwa bumi itu datar. Setidaknya kamu akan setuju dengan salah satu asumsi dibaliknya bahwa ketika melihat daratan dan lautan di bagian manapun kamu berdiri, terlihat daratan dan lautan itu datar dan tidak ada indikasi melingkar.

Sekarang apakah kamu bisa mengerti kenapa temanmu bisa yakin akan bumi datar itu benar dan tidak salah? Jika belum, lebih baik mintalah temanmu untuk menjelaskan lebih lanjut, alih-alih terburu mengkritiknya. Ketika kamu dan temanmu telah memiliki satu atau beberapa asumsi yang disetujui bersama, selanjutnya akan lebih mudah untuk memahami hal lainnya bersama. Untuk itu kamu perlu melakukan teknik berikutnya.

 

B2. Lakukan penilaian bersama

Teknik ini sebenarnya sederhana, cukup bertanya "bagaimana menurutmu dengan ...?" Tetapi seringkali orang tidak melakukannya karena telah yakin penilaian telah "benar" dan memaksakan penilaian itu ke teman bicaranya. Padahal penilaian diri sendiri dan penilaian orang lain bisa jadi berbeda. Dan bisa jadi belum tahu mana yang benar sebelum mempelajari kedua penilaian tersebut.

Jadi ambil contoh pendapat bumi datar sebelumnya, kamu bisa menanyakan seperti, "kita sepakat dengan daratan dan lautan yang terlihat hamparan datar, lalu bagaimana menurutmu dengan kapal yang ketika melayar menjauh dari tepi, lama-lama kapal itu seperti tenggelam?"

Dan bersiap-siaplah dengan jawaban menarik dari teman bicaramu. Jika masih menemukan perbedaan pendapat, kamu bisa kembali ke teknik pertama untuk memahami perbedaan itu.

 

C. Jujurlah

Kurasa kita semua tahu pentingnya jujur. Tidak ada orang yang mau berteman dengan orang yang tidak jujur dan ingin menang sendiri. Tetapi terkadang diri sendiri bisa luput, apalagi jika pembicaraan mulai memanas. Sehingga setidaknya ada empat kejujuran yang perlu kamu perhatikan. Melupakan salah satu, bisa saja mengakibatkan pembicaraan semakin memanas dan tidak terkendali :

 

C1. Katakan tidak tahu jika memang tidak tahu

Debat kusir sering terjadi karena salah satu atau kedua pihak tidak mengakui kalau sebenarnya tidak tahu (itu kenapa memperdebatkan ada atau tidaknya alien untuk saat ini itu ide buruk). Tetapi menyadari tidak tahu itu memang sulit, karena kita bisa tidak tahu kalau kita tidak tahu. Apalagi ketika pembicaraan sudah terlanjur memanas. Jadi latihlah dirimu untuk mengenali apa yang kamu tahu dan apa yang tidak. Pembicaraan bisa menjadi pembelajaran yang menyenangkan ketika menyadari apa yang kita tidak ketahui.

 

C2. Mengakui pendapat salah jika memang salah (atau mengakui pendapat benar jika benar)

Hal ini juga menjadi faktor kenapa terjadinya debat kusir. Jadi alih-alih terus berargumen menolak karena ragu dengan argumen temanmu, akan lebih baik jika meminta waktu kepada temanmu untuk memikirkan sendiri. Begitu pula temanmu yang kesulitan menerima argumenmu. Lebih baik memberinya waktu untuk memikirkan sendiri daripada memaksa mengakuinya. Karena diskusi bukan untuk mencari kemenangan.

 

C3. Meminta maaf jika berbuat buruk

Salah memahami, meninggikan suara ketika berbicara, berkata/bertanya secara ofensif, dsb adalah hal menyebalkan yang mungkin saja kita lakukan. Tidak segera meminta maaf bisa membuat pembicaraan menjadi semakin panas dan tidak terkendali. Jika kamu teman bicaramu yang melakukan demikian, kamu bisa memberitahunya untuk mengikuti pembicaraan lebih baik.

 

C4. Berterima kasih

Pikirkan ketika kamu mengobrol atau berdiskusi dengan teman/orang dekatmu. Pernah kah kamu mengucapkan terima kasih kepadanya karena telah mau berbagi?

Aku juga bisa menyebutkan banyak hal yang bisa disyukuri ketika berbicara dengan orang yang kita tidak suka. Wawasan dan perspektif baru, peningkatan diri karena menyadari kekurangan ketika berbicara dengannya, dan (secara tidak sengaja) menjalin hubungan bermakna yang tidak bisa kamu dapatkan dari pertemanan tanpa "perseteruan."

Luput mengucapkan terima kasih bisa meluputkanmu dengan semua kebaikan itu.

Dan di akhir kamu akan terkejut bahwa menghadapi orang yang tidak kamu suka itu tidak seburuk yang kamu pikirkan. Cukup bicara dengannya seperti berteman dekat.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.