ANALISIS MAKIAN ROCKY GERUNG PADA JOKOWI

ANALISIS MAKIAN ROCKY GERUNG PADA JOKOWI

Belakangan ini masyarakat kita dihebohkan oleh hinaan Rocky Gerung pada Jokowi. Semua orang naik darah mendengar hinaan itu. Awalnya Rocky sok cuek karena merasa punya backing yang akan melindunginya. Yang tidak disangka oleh Rocky, hinaannya kali ini betul-betul keterlaluan dan sangat melukai perasaan banyak orang. Demo dan penolakan mantan dosen songong ini terus menggelinding seperti bola salju, semakin lama semakin membesar.

Rocky mulai panik. Dia mulai berkilah bahwa apa yang dikatakannya bukan makian. Misalnya kata ‘bajingan’ itu maknanya ‘orang yang disukai Tuhan’. Bisa juga artinya ‘Sais gerobak sapi’. Polisi pun mulai meminta ahli bahasa apakah kata yang digunakan Rocky itu sebetulnya makian atau bukan.

Saya langsung garuk-garuk kepala. Masak masalah sepele kayak gini pakai ahli bahasa segala? Ribet amat mikirnya? Nenek-nenek buta huruf di Afghanistan juga tau bahwa itu makian. Okay, saya akan bahas sedikit untuk membuktikan bahwa omongan Rocky itu makian.

Seorang dosen saya, Sapardi Djoko Damono, pernah ngomong gini, "Sebuah kata sangat tergantung bagaimana kita memaknainya!" Dan saya percaya banget soal itu. Karena semuanya berpulang pada niatnya. Sebuah kata yang paling manis pun akan terasa pahit kalo niatnya memang tidak baik. Contohnya begini:

Teman saya punya dua orang adik laki-laki. Usianya 10 tahun dan lainnya 8 tahun. Keduanya nakalnya audzubillah! Sebagaimana layaknya adik-kakak di mana pun, suatu hari mereka bertengkar. Entah belajar dari mana, mereka saling mencaci satu sama lain dengan bahasa yang sangat kotor.

Kakak, "Dasar kont*l lu!!"

Si adik ga mau kalah, "Ngent** lu!!"

Sang Ayah, yang sedang asyik baca koran mendengar maki-makian itu. Dia langsung memarahi mereka. Dengan tegas tapi tidak terlalu keras, dia melarang kedua anaknya memaki dengan kata-kata jorok dan tidak senonoh.

Rupanya pertengkaran belum usai, setelah Ayah mereka selesai memberi nasihat kedua anak itu melanjutkan baku maki tersebut.

Kakak, "Babi lu!!"

Adik, "Anjing lu!!"

Kembali sang ayah menghampiri mereka, kali ini dia melarang kedua anak itu memaki dengan kata-kata seperti yang telah mereka sebutkan. Sang Ayah tidak berusaha untuk melerai pertengkaran itu. Sering Si Ayah bilang ke saya, biarkan mereka sendiri yang menyelesaikan pertengkaran itu. Kalau didamaikan biasanya malah menyimpan dendam karena salah satu merasa dibela dan yang lain merasa disalahkan.

Dasar kedua anak itu bengal banget. Belum ada dua menit dinasihati pertengkaran sudah berlanjut lagi.

Kakak, "Kambing lu!!"

Adik, "Kebo lu!"

Kali ini si ayah membentak mereka berdua, "Pokoknya ga boleh menggunakan nama-nama binatang. Binatang apa aja ga boleh! Denger ga?"

Kakak dan adik berbarengan, "Denger, Pak."

Kedua anak itu rupanya belum puas juga bertengkar. Dengan intonasi yang sangat menyakitkan keduanya terus saling memaki.

Kakak, " BANGKOANG LU!!!"

Adik, "JERUK KEPROK!!!!"

Kakak, "TOMAT GONDOL LU!!"

Adik, "DUREN MONTONG!!!"

Hahahahahaha...kocak banget! HAHAHAHAHAHA.....Aduh sakit perut, nih, gue. HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA....

Okay, udah cukup ketawanya. Tarik napas yang panjang, alhamdulillah sekarang ketawanya udah abis. Sekarang kita tau bahwa kedua anak itu sedang saling maki. Apakah kita membutuhkan seorang ahli bahasa untuk menganalisis kata “Bangkoang, Jeruk keprok, Tomat gondol dan Duren montong”adalah kata makian atau bukan? Ga ada satu pun dari buah-buahan itu termasuk dalam kategori kata makian. Tapi mereka memang berniat memaki. Begitu, kan?

Begitu juga dengan kasus Rocky Gerung. Dia sedang mencoba berkelit dengan mencari makna lain dari kata ‘Bajingan tolol pengecut’. Buat saya itu tindakan sia-sia. Kita dengan mudah bisa mencari makna lain dari sebuah kata tapi kita sulit berkelit karena kita memang tau niat penuturnya. Seperti kata Sapardi Djoko Damono, "Sebuah kata tergantung bagaimana kita memaknainya."

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.